Part 8 : Danau

99 5 0
                                    

- • Happy Reading • -

Dinginnya angin malam telah berganti dengan hangatnya mentari pagi. Gadis itu sibuk mengeluarkan buku, jaket, dan barang lainnya yang menempel pada dinding dan beresiko terkena cat.

"Chandra mana sih? Katanya mau bantuin belum muncul juga" gerutu gadis itu, "Tau gini minta tolong Indah aja".

Aesa membiarkan Indah pulang saat matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri, namun dengan cahayanya yang sudah nampak cukup bagi Indah untuk tidak takut kembali ke rumah.

"Chandra!" panggil Aesa setelah meletakkan tumpukan bukunya di kursi ruang tamu.

Gadis itu kembali ke kamar untuk memisahkan pakaian kotor yang akan di cuci. "Nyuci dulu atau.." Aesa berpikir sejenak, "Nyuci dulu deh, masih pagi juga".

Semua pakaian kotor dalam ember dia bawa ke halaman belakang untuk Aesa cuci dengan air mengalir dari kran, sekalian menikmati angin sepoi dan hangatnya sinar mentari di pagi hari.

Aesa baru kali ini merasakan lelahnya mencuci baju tanpa alat, namun ada rasa bangga tersendiri saat ia selesai mengerjakannya.

Gadis itu membilas satu persatu baju lalu memerasnya sekuat tenaga. Langsung Aesa jemur pada tali tambang yang tersedia, sedikit sulit karena posisi tali yang lebih tinggi darinya.

Helaan nafas menjadi penutup kegiatannya, matahari mulai perlahan menyiram baju-baju dengan cahayanya.

Aesa berbalik hendak kembali ke dalam rumah sampai dikejutkan dengan sosok yang berdiri di ambang pintu tengah tersenyum ke arahnya.

Ember yang Aesa bawa lantas jatuh begitu saja karena sedikit tersentak melihat Chandra secara tiba-tiba.

Gadis itu menatap tajam sosok yang perlahan kehilangan senyumannya, mungkin dia sadar dengan kesalahan yang telah diperbuat.

"Chandra, lo lupa kita sepakat tentang apa?" tanya Aesa halus menahan agar tidak marah di hari yang cerah ini.

"Maaf" ucap Chandra menyesal.

Aesa tersenyum lalu tertawa kecil, Chandra kebingungan melihatnya.

"Kamu gak marah?".

Gadis itu menggeleng, "Udah ah" Aesa masuk ke dalam rumah diikuti oleh Chandra.

Aesa menuang cat yang diperlukan pada beberapa nampan dengan masing-masing warna yang berbeda. Ia membawanya ke kamar masih dengan Chandra yang terus mengikuti langkahnya.

Ia dibantu Chandra untuk menggeser meja, dinding di antara ranjang dan jendela menjadi kanvas pertama Aesa.

Gadis itu berlutut kemudian mulai menggores dinding abu-abu itu dengan kuasnya. Aesa terpikir untuk melukis ranting pohon yang seolah muncul dari bawah dan terus merambat ke atas.

"Untung gue kepikiran beli yang cokelat sekalian" gumam Aesa sambil terus mengoles cat pada dinding.

Pada bagian paling bawah ranting dia tambahkan coretan sederhana membentuk genangan air dengan rerumputan di sekitarnya.

"Mirip danau" celetuk Chandra yang sedari tadi memperhatikan Aesa melukis.

Aesa mendongak melirik singkat pada Chandra, "Ini genangan air, masa danau kecil".

Chandra tertawa singkat lalu berjongkok di samping Aesa untuk melihat lebih jelas.

Aesa mengulurkan satu kuas pada Chandra, "Mau coba lukis juga?"

"Boleh?" sorot mata Chandra seolah memohon, Aesa mengangguk sebagai jawaban.

Chandra lalu pergi membawa serta nampan berisi cat hijau untuk dirinya sendiri, sosok itu mencoret bagian bawah dinding sama seperti Aesa membentuk rerumputan dari ujung dinding di dekat lemari sampai ke tempat Aesa duduk.

My Lovely Ghost | SELESAIOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz