Part 13 : Bunga Ilalang

68 4 0
                                    

- • Happy Reading • -

Gadis itu terdiam mendengar pernyataan dari Chandra yang keluar begitu saja dari mulutnya.

Wajah yang tadinya pucat kini memerah hidung, telinga, dan matanya. Aesa tersenyum kecil, "Gue gak sakit sebab lo kok".

"Saya liat semuanya" ucap Chandra, "Mbah Dah bilang kamu sakit karena saya".

Aesa berdecak, "Lo gini juga gak sih sama orang-orang yang pernah tinggal di sini?".

"Rewel banget kayak anak bayi" lanjutnya.

Chandra menggeleng, "Gak ada yang tinggal di sini setelah Oma meninggal".

"Jadi, penghuni pertama setelah Oma meninggal itu gue?" Aesa tak habis pikir.

Dia kira banyak orang berlibur dan menyewa rumah ini untuk sekedar tinggal beberapa hari, ternyata tidak.

"Lo pasti tau sesuatu kan, Chandra?" tanya Aesa.

"Tau apa?".

"Ya semuanya, yang terjadi sama Oma, lo, rumah ini" jawab gadis itu.

Chandra hanya diam, Aesa yang tidak ingin memaksa pun ikut terdiam sembari menghela nafas.

"Maaf ya" Chandra kembali bersuara.

"Lo gak salah" balas Aesa.

"Tapi saya udah bikin kamu sakit" protes sosok itu, Aesa memutar bola matanya malas.

"Gue kan udah bilang kalau gue sakit bukan karena lo" gadis itu menarik kursi dan duduk di sana untuk melanjutkan beberapa soal yang belum dia jawab, "Cuma demam aja kok, gak ada masalah".

"Mending lo diem aja di situ, temenin gue ngerjain PR" ujar gadis itu diangguki patuh oleh Chandra.

Chandra melihat sekeliling, kamar yang dulunya polos tanpa warna dan membosankan kini sudah disulap oleh Aesa menjadi lebih berwarna dan bahagia.

Lukisan danau di dinding samping pintu pun sudah selesai, Aesa bisa membangkitkan semangat dengan langsung melihatnya setiap bangun tidur.

Chandra duduk diam layaknya anak kecil, mengamati sekitarnya seolah melihat tempat baru.

"Mau ngelukis lagi?" tanya Aesa yang sedari tadi melirik gerak-gerik Chandra.

Sosok itu mengangguk, "Besok?".

"Besok gue masih sekolah, kalau mau lukis sendiri aja" jawab Aesa.

"Enggak jadi deh" Chandra menggeleng dengan mata yang masih melihat lukisan awan di dinding atas, "Nanti kamu marah".

"Sebenernya gak apa-apa asal gak kotor aja pas gue pulang" ujar Aesa.

Meskipun begitu Chandra tak merespon tanda teguh dengan pendiriannya. Aesa mengangkat kedua bahunya tak acuh lalu kembali menyalin jawaban dari foto yang di kirim Indah ke bukunya.

Salah satu jendela kamar sedikit terbuka membuat angin dingin dapat masuk melalui celah tersebut, cahaya bulan perlahan sirna karena awan mendung bergerak menutupinya.

Selesai mengerjakan PR langsung lah Aesa bangkit dan meninggalkan kamarnya menuju ke dapur untuk membuat segelas teh hangat seperti tadi sore.

"Saya boleh bantu?".

Aesa yang sedang menuang bubuk teh pun menoleh, ternyata Chandra mengikutinya sampai ke dapur.

"Gak usah, duduk aja diem" jawab gadis itu menunjuk ke arah lantai dengan dagunya.

Lagi-lagi Chandra hanya menurut, sosok itu tidak melakukan apapun selain melihat Aesa berjalan kesana-kemari.

Asap tipis keluar saat Aesa menuangkan air panas yang tidak sampai mendidih itu ke dalam gelas. Ia beri sedikit gula lalu diaduk sampai gula terlarut, Aesa mendekati Chandra lalu duduk berhadapan.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now