Part 16 : Rasa?

70 5 0
                                    

- • Happy Reading • -

"Aesa!".

Si empu memicingkan matanya melihat seorang gadis berlari mendekat setelah memanggil namanya.

Aesa segera turun ke jalan berpegang pada akar pohon besar yang tertutup rerumputan, "Ada apa, Al?".

Alya membungkuk sambil mengatur nafasnya, "Bentar, capek".

"Di rumah aja, ayo" Aesa gandeng lengan Alya dan membawanya ke rumah.

Ia mempersilahkan Alya untuk duduk sembari menunggunya menyiapkan minuman. Aesa letakkan begitu saja benda-benda yang tadi dibawanya di atas meja kemudian pergi ke dapur.

Gadis itu perlahan terpejam saat angin sepoi dari kipas besar yang menggantung di plafon ruang tamu berputar. Ia menyingkirkan poni yang mengganggu pandangannya sambil merubah posisi duduk menjadi lebih nyaman.

"Es! Liat ini ya!" teriak Alya meminta ijin pada Aesa untuk membuka sebuah buku yang ada di atas meja.

Sama ia mendengar Aesa mengiyakan, Alya mengambil buku itu untuk dia lihat isi di dalamnya.

Lembar pertama disambut dengan sebuah foto polaroid seorang gadis kecil dengan gaun denim penuh noda cat warna-warni sambil menggenggam beberapa batang krayon.

Di bawah foto itu tertulis nama Aesa dengan huruf kapital latin. Alya menebak bahwa bukan Aesa sendiri yang menuliskannya, karena tulisan tangan ini hampir mirip seperti tulisan Ibunya, seperti gaya tulisan gaya dulu.

Ia lanjut ke lembar selanjutnya, hampir dia menyemburkan tawa saat melihat coretan membentuk satu gerbong kereta dengan seolah rumput di bawahnya dan awan di atasnya.

Apakah ini gambar pertama Aesa?. Alya lanjut lembar demi lembar, gambaran yang mulanya acak-acakan menjadi semakin terbentuk imajinasi yang Aesa ingin tuangkan lewat coretan di atas kertas itu.

Aesa datang membawa dua gelas es teh yang kemudian diletakkan di meja, "Minum dulu, Al".

"Makasih ya, Es" Alya langsung menyeruput es teh segar itu membuat tenggorokannya yang tadinya kering menjadi dingin.

Matanya tertuju pada buku bersampul coklat yang ada di pangkuan Alya, "Oh mau balikin buku?".

Aesa mengambil bukunya, "Udah selesai emang?".

Alya meletakkan kembali gelasnya, "Ketinggalan banyak banget ternyata, semalem aku kebut aja" jawab Alya.

"Lombanya kapan sih, Al?" tanya Aesa lagi.

"Tiga hari lagi kayaknya, entah" gadis itu tak acuh, Aesa tidak melihat adanya perasaan gelisah ataupun gugup dari Alya yang akan menghadapi perlombaan.

Jika itu dia, maka sudah berkeringat dingin seluruh tubuhnya.

"Aku liat lagi ya, Es" Alya membuka kembali sketch book milik Aesa, "Gambarnya bagus-bagus".

Aesa hanya mengangguk, ia duduk di samping Alya untuk ikut melihat gambarnya sendiri. Ia baru sadar jika kebanyakan yang dia gambar ialah pemandangan dan gambar bertema fantasi sesuai imajinasi yang ada di kepala Aesa sendiri.

"Kok bisa suka gambar sih, Es?" tanya Alya, "Indah pernah liat ini?" tunjuknya pada satu gambar yang terlihat familiar.

"Ini kayak jalan sebelum gapura masuk desa" gumamnya sambil meneliti gambar tersebut.

"Emang" sahut Aesa, "Aku gak tau pasti sejak kapan jadi suka gambar, kayaknya udah lama sih".

Senyum Aesa semakin menipis, "Sejak gak punya temen cerita".

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now