Part 20 : Kilas balik

59 4 0
                                    

- • Happy Reading • -

Sudah menjadi kebiasaan bagi laki-laki itu untuk pulang sekolah dengan berjalan kaki. Belum lagi seragamnya yang acak-acakan sehabis bertengkar dengan orang-orang yang sering mengganggunya di sekolah.

Namun, dia tetapi saja kalah. Pemuda itu membiarkan bekal yang dia masak sendiri serta uang saku diambil oleh mereka.

"Bang Chandra!".

Si empu menoleh ke sumber suara yang berasal dari belakang tubuhnya, seorang anak laki-laki menyembulkan kepalanya keluar dari jendela mobil sambil melambai kearahnya.

Yang dipanggil Chandra itu mengernyit, "Baru pulang?" gumamnya bertanya pada diri sendiri karena tidak biasanya sang Adik pulang terlambat sampai sore seperti ini.

"Abang!" anak laki-laki itu turun dari mobil kemudian berlari menghampiri sang Kakak yang masih berdiri di ambang gerbang rumah.

Chandra sedikit terhuyung karena pelukan tiba-tiba dari laki-laki kelas dua SMP itu, "Kok baru pulang?" tanyanya.

"Tadi jalan-jalan dulu sama Ayah" jawab anak itu, "Ayo, Bang" ia menarik tangan Kakaknya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Baru beberapa langkah memasuki rumah, perasaan aneh muncul membuatnya sedikit cemas.

"Aditya! Makan, sayang!" seru sang Ibu dari arah dapur.

"Abang ke kamar dulu, kamu makan aja" ucap Chandra kemudian melepas tangannya dari genggaman tangan Aditya.

Aditya memandang sedih sang Kakak yang menyeret kakinya naik melewati tangga menuju ke kamar, dia tahu sesuatu pasti terjadi pada Chandra namun tak ada yang bisa dia lakukan sekarang.

Pintu kamar terbuka menampakkan kamar yang cukup berantakan dengan buku dan kertas yang berhamburan di lantai.

Ia menghela nafas lalu masuk ke dalam kamar, memunguti beberapa kertas ulangan dengan nilai yang tidak cukup memuaskan itu.

Kadang Chandra berpikir, apakah semua kertas-kertas ini berguna di kemudian hari?.

Pemuda itu merapikan kembali buku-bukunya, menyembunyikan kertas ulangan di laci bersama buku gambarnya agar aman dari amukan Ibunya.

Chandra duduk di lantai keramik yang dingin, membuka isi tasnya kemudian mengeluarkan sebuah donat dalam plastik.

Bentuknya sudah seperti bukan donat, lecek, mengkerut, dan sedikit basah karena gula halusnya meleleh.

Ia malu untuk ikut makan malam bersama keluarganya, mereka terasa asing. Satu demi satu gigitan Chandra beri pada donat itu, memakannya hingga habis cukup untuk mengganjal lapar.

Saatnya Chandra untuk membersihkan diri, setelah itu ia akan kembali belajar seperti biasanya.

Suasana ruang makan sangat riuh dengan tawa bahagia, Aditya bercerita tentang lawan lomba cerdas cermat dari sekolah lain yang berhasil dia kalahkan.

Seperti inilah seorang anak yang pasangan suami istri itu inginkan, aktif dan membanggakan. Memang Chandra dan Aditya ini sangat berbeda, namun bukan berarti mereka akan fokus pada satu titik dan mengabaikan titik lainnya.

Itu merupakan pikiran dari Ayah Chandra, berbeda dengan sang Ibu yang terlalu senang sehingga terus membanggakan anak bungsunya kepada orang-orang.

Malam itu hujan turun dengan deras, gemuruh saling bersahutan datang bersama dengan angin dingin.

Suara ketukan pintu terdengar, Chandra yang tengah sibuk mencoret-coret bukunya lantas bangkit untuk membukakan pintu.

Ternyata Aditya sudah menunggu di luar kamar hanya untuk memberikan Chandra sesuatu, "Kita makan bareng ya, Bang".

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now