|22| MERAKI

83 8 0
                                    

| Meraki apapun hanya untuk melihatmu tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| Meraki apapun hanya untuk melihatmu tersenyum.
Sekalipun harus pergi.
Terimakasih Moms... |

HAI!
Agak telat ya, jadi maaf nih.
SEPERTI KATA SAYA, PART INI KITA KHUSUSKAN UNTUK KETUA GAMARIOS.

SO..

ENJOY TO READING!
_______________________

     Tidak perlu banyak fakta untuk menunjukkan kejahatan yang dunia perbuat. Menjalani sebagai salah satu peran untuk kehidupan yang begitu menyiksa. Ada yang menjalaninya dengan menikmati alur. Ada yang harus mati-matian membangun pondasi agar bisa berdiri lebih tegap. Nyatanya Damian termasuk orang yang mati-matian melawan semua kebisingan dalam hidupnya.

     Ia tidak pernah berpikir bahwa menjalani hidup dengan banyak hal yang tercukupi itu adalah kebahagian yang tidak ada tandingannya. Mempunyai banyak hal tak akan bisa membuatnya cukup untuk bisa sekedar tertawa.

     Damian mempunyai banyak hal. Harta, derajat juga keluarga. Damian bermasalah dengan ketiganya. Tidak ada yang bisa ia banggakan dari ketiganya. Karena semua itu selalu membuatnya sesak.

     "Abang! Abang udah pulang?"

     Dua anak laki-laki dengan tinggi yang sama memasuki kediamannya. Dihampiri dengan senyum hangat khas seorang wanita yang baru saja turun mengetuk setiap anakan tangga. Satu anak laki-laki di sana membalas senyum itu dengan bersiap merentangkan tangannya menerima kehangatan rumah. Hanya saja, satu anak lainnya dengan tatapan datar melewati wanita itu dan berjalan memasuki ruangannya.

     Benar. Laki-laki yang memilih memasuki ruangannya itu tak lain adalah Damian. Ia menanggalkan tas sekolahnya jatuh ke lantai dan beranjak duduk di tepian ranjang. Ia terkekeh dengan meredam tundukan menyembunyikan sesuatu yang baru saja keluar.

     "Kenapa Mama gak pernah liat Damian?"

     Mungkin dia bisa saja berhenti dan ikut merentangkan tangannya dengan harapan Ibunya akan memeluknya. Tapi kebiasaan itu tidak di peruntukkan baginya. Entah karena apa. Damian selalu bertanya-tanya apa kesalahan yang telah ia buat sampai sebuah lirikan pun tak pernah ia dapatkan.

     Terdengar derap pintu bergeser. Memperlihatkan laki-laki tadi dengannya sedang memasuki kamar itu. Buru-buru Damian menghapus sesuatu yang ia sembunyikan dari tadi dalam tundukannya.

     "Gimana sekolah lo?"

     Damian menatapnya, tersenyum miris lalu kembali menunduk, "Baik." hanya itu yang bisa ia balas.

MAFIOSO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang