|46| Regret; That's human

27 6 0
                                    

| Caranya beda memang.
Ketika matahari dan bulan ingin bertemu
selalu terjadi gerhana.
Walau sesekali, setidaknya mereka bisa bersatu! |
ΩΩΩ

-Ini masih termasuk part revisi-

     Hari tetap kembali berlanjut, matahari yang kembali menjalankan tugasnya disertai hembusan angin khas di pagi hari menerobos masuk bersamaan sinar mentari yang ikut masuk melalu sela jendela setiap ruangan. Ada satu mata yang masih senantiasa memejamkan diri. Menolak mentari membangunkannya juga hembusan angin pagi yang menerobos ke selimutnya.

     Namun di depannya berdiri empat perempuan masih dalam balutan piyama mereka. Jangan tanyakan dari mana, isi paper bag yang sempat Alexa tunjukan pada Zeal semalam berisi lima set piyama dengan motif dan warna yang berbeda. Sengaja di belikan Alexa untuk mengelabui Zeal.

     "Lima belas menit lagi dia gak bangun berarti fiks dia bakal bangun siang." Kezia melirik jam tangannya yang menunjuk pukul 8.45. Sudah hampir lebih tiga kali mereka bolak balik kamar ini hanya untuk membangunkan Arella perempuan itu masih tak kunjung niat keluar dari alam mimpinya.

     "Udah, biarin aja dulu. Ayo, sarapan!" Devira merangkulnya, bersama Kezia semalaman dia jadi belajar tempramen gadis ini. Kenapa dia begitu sering nyolot, tidak ada tenang-tenangnya kalau menurut Devira, sudah Devira pelajari semua.

     Berbeda dengan Devira dan Kezia yang sudah mulai menghilang di telan jarak, Tamara dan Alexa masih diam di tempat dengan sesekali saling melempar tatapan dan senyum yang hanya mereka tahu artinya.

     "Kok gue jadi ngeri ya?"

     Tamara meliriknya bingung, kembali melihat Arella yang sangat damai dalam tidurnya.

     "Kalo dia tau Leo udah ... kok gue ngeri yaa?" Alexa berubah jadi sedikit heboh. Mulutnya tak mau mengatakan tapi otaknya sudah lebih dulu berjalan kemana-mana menciptakan setiap rasa cemas bahkan bayangan bayangan yang membuatnya tidak ingin membayangkannya.

     "Kenapa sih?"

     "Gimana kalo Arella ngamuk sama Leo terus mereka berantem abis itu putus?"

     Tamara menyentil kening Alexa. Pikiran Alexa terlalu berlebihan entah mungkin karena terlalu banyak nonton drama atau membaca novel tapi yang jelas apa yang dia khawatirkan itu tidak akan terjadi. Ada kemungkinan Arella marah tapi tidak seheboh sampai pisah. Tamara yakin itu.

     Tamara mengabaikan Alexa. Dia berjalan ke sisi kasur Arella, menarik selimut hingga sampai menutup leher Arella. Tamara menemukan dress yang dikenakan Arella semalam sudah tergantung rapi di antara jejeran pakaian Leo. Tamara juga baru menyadari kalau kamar ini tertata layaknya tak terjadi apa-apa. Merasa ada yang aneh, Tamara menurunkan selimut untuk mengintip apakah Arella dalam keadaan berpakaian atau tidak. Dia tersenyum, Arella mengenakan sebuah Hoodie. Dia yakin itu pasti punya Leo dan sudah pasti Leo yang menyelesaikan masalah ini. Tidak hanya itu, Tamara pun menemukan sesuatu yang tidak asing dari leher Arella. Dia tidak memperdulikannya dan malah berdiri kembali.

     "Udah, ayo sarapan!" Tamara merangkul Alexa, menyeret paksa tubuh Alexa untuk keluar. Alexa terlihat ingin bicara tapi karena ulah Tamara dia tidak bisa angkat bicara lagi.

<•••>


    "Arella gimana?" Afla menarik kursi, mempersilahkan Devira duduk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAFIOSO Where stories live. Discover now