01| AFGHAN NARAJA

185 23 0
                                    

Uhuyyyy selamat membaca, vrennn😽Spam komen yawww!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uhuyyyy selamat membaca, vrennn😽
Spam komen yawww!!!



PYAR

"Kalau nggak becus ngasih servis nggak usah pake segala jadi pelacur!"

Seorang cowok dengan kemeja putih yang dua kancing atasnya terbuka, dan celana jeans panjang, menghunus kedua mata pelacur yang dia sewa malam ini untuk memuaskan hasratnya. Dia mendorong kasar tubuh pelacur yang berada di atas tubuhnya, tangannya bergerak mengambil botol minuman alkohol yang ada di atas nakas, dan membantingnya penuh emosi. Botol itu sudah pecah berkeping-keping. Dia mengacak brutal rambutnya, mencoba menahan erangan yang tertahan.

Sial! Baru kali ini cowok itu mendapat servis yang tidak memuaskan. Tiga puluh menit terbuang sia-sia. Pelacur cantik dengan rambut panjang sepunggung warna brownish black, mata berwarna coklat, bibir pink merona, dengan mini dress berwarna hitam, hanya membelai wajahnya saja, tidak melakukan hal lebih. Padahal cowok itu sudah mengeluarkan uang cukup besar supaya pelacur yang dia sewa malam ini bisa menghilangkan patah hatinya, alih-alih menghilangkan patah hati, Afghan justru semakin dibuat emosi.

Iya, dia ... Afghan Naraja.

Afghan sudah duduk, sedikit menggeser tubuhnya untuk lebih dekat dengan pelacur sewaannya. Pelacur itu duduk di depan Afghan sembari memainkan jemarinya, menundukkan kepalanya dalam. Tangan kekar Afghan bergerak membelai wajah pelacur yang hanya duduk diam. smirk muncul begitu jelas di wajah Afghan.

"Kayaknya lo baru pertama kali jadi pelacur, right?"

"Iya," jawab pelacur itu gemetar.

Afghan mengecup singkat dahi pelacur sewaannya sebelum bibirnya berbisik di depan telinga pelacur itu. "Don't be shaking like that, girl. Mau gue ajarin, hm?"

Pelacur itu meneguk ludahnya susah payah. Embusan napas cowok ini membuat tubuhnya meremang.

"Jawab sayang." Afghan memegang dagu pelacur sewaannya, membuat pelacur itu mendongak. Afghan tersenyum manis, sangat manis. Jari jempolnya mengusap bibir merah muda milik pelacurnya.

"Nggak!"

Afghan tertawa nyaring, tawa yang terdengar sangat merendahkan. "Yakin? Dengan servis lo kayak gini, nggak ada yang mau make lo. Cantik, tapi nggak pinter muasin klien nggak akan kepake."

"Are you interested if i want to help you become a great bitch, who can satisfy your clients?" lanjut Afghan menawarkan.

"Gue nggak tertarik. Gue mau pulang." Pelacur itu baru saja hendak pergi, namun pergelangan tangannya sudah ditarik duluan. Tubuhnya langsung ditahan Afghan supaya tidak jatuh di atas kasur, Afghan tersenyum. Mendekatkan wajahnya, aroma mint langsung menguar ketika Afghan membuka suara.

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang