06| SPPK NOMOR. 53

103 13 2
                                    

Hallo, i'm back😎🤟

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallo, i'm back😎🤟

Satu vote + komen kalian, semangatku!!!

🔥🔥🔥🔥

Mikha mendengkus mengkal ketika tidak mendapati Afghan di sampingnya. Tidak masalah, tapi yang jadi masalah mengapa cowok itu tidak membangunkan dirinya, akibat begadang yang tidak berguna semalam membuat gadis itu bangun kesiangan.

"Lima menit lagi jam tujuh." Mikha menarik napasnya panjang kemudian membuangnya perlahan. Sudah jam segini dan dirinya baru selesai mandi.

Dengan gerakan kilat Mikha mulai memakai seragam, menggores wajahnya dengan make up setipis mungkin. Setelah selesai, dia langsung ke meja belajar untuk menyiapkan jadwal, namun pergerakannya terhenti ketika netranya menangkap selembar kertas yang ditindih bolpoin. Tulisan tangan yang begitu asing, Mikha ingin mengalihkan fokusnya tapi tidak bisa. Jiwa kepo-nya semakin meronta.

Sebelum mengambil dan membacanya, Mikha sudah berdoa terlebih dahulu. Dia yakin, ini adalah tulisan Afghan, entah apa yang cowok itu tulis. Tapi, kali ini Mikha benar-benar dibuat kepo, sampai dia tidak sadar waktu terus berjalan dan sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh tiga menit, yang mana tujuh menit lagi jam pelajaran akan dimulai dan dirinya masih di kamar. Matanya sudah membelalak padahal baru membaca judul di kertas yang ditulis dengan ukuran huruf lebih besar dari yang lain.

SURAT PERJANJIAN PACARAN KONTRAK
NOMOR. 53

"MIKHA KAMU SEKOLAH APA NGGAK SAYANG?" teriakan bunda Mikha langsung membuat Mikha tersadar. Dia langsung melipat kertas yang ditulis Afghan dan mengantonginya, kemudian mengambil buku pelajaran hari ini. Memasukkan ke dalam tas, dan langsung berlari keluar kamar.

"Bunda dari tadi udah bangunin kamu---"

"Mikha berangkat bunda. Mikha sayang bunda," serobot Mikha. Gadis dengan rambut yang diikat satu itu sudah berlari keluar dari rumah meninggalkan bundanya yang duduk di kursi roda dengan kepala yang masih menggeleng, heran.

"Anjir udah jam delapan." Mikha mengelap keringat yang membanjiri pelipisnya. Mungkin lima menit lagi dia akan sampai di sekolah jika berlari dengan kecepatan penuh.

Iya, sudah hampir setengah jam Mikha berlari.

"Huh. Ayo Mikha!" Mikha kembali berlari, tidak peduli dengan tatapan aneh yang orang-orang tujukan padanya.

Gerbang sekolah yang menjulang sudah di depan mata, namun nasib sial gerbang sekolah sudah ditutup. Mikha mengatur napasnya, jantungnya sedang bekerja berkali-kali lipat dari biasanya.

"PAK SATPAM, BUKAIN DONG," teriak Mikha yang tidak tahu siapa nama bapak satpam Pelita Bangsa.

"PAK ... MIKHA MAU MASUK, IZININ MIKHA MASUK, PAK. NANTI MIKHA TRAKTIR ROKOK DEH. JANJI DEH, PAK." Mikha cemberut. Dia belum sarapan, rasanya kakinya sudah tidak bisa menopang berat badannya sendiri. Gadis itu berjongkok dengan kedua tangan memegang besi pagar, deru napasnya masih tidak beraturan.

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGWhere stories live. Discover now