20| SEMATA KARENA MU

88 12 3
                                    

Hallo, i'm back 🤟

Satu vote + komen kalian, semangatku!!!

🔥🔥🔥🔥

"Tumben lo ikut belajar, Af?"

Sedari tadi Afghan menahan dirinya untuk tidak mengubur hidup-hidup sahabatnya satu ini. Bukannya diapresiasi karena ada perkembangan mau belajar, ini malah dihujat mulu.

"Heran gue sama lo pada, belajar salah, nggak belajar salah," jawab Afghan muak.

Mikha yang berada di samping Afghan mengelus bahu cowok itu---mencoba menenangkan Afghan yang kesabarannya setipis tisu dibagi seratus.

"Lo belajar atau nggak, tetep aja sama," celetuk Excel sembari mengerjakan soal yang ada di buku.

Afghan melempar kulit kacang ke arah Excel. "Minimal ngaca! Lo sama gue sama tololnya, peringkat bawah teros---"

"Kali ini nggak akan, karena gue bakal masuk sepuluh besar," potong Excel. Gadis itu menatap Afghan sengit.

Afghan tertawa ngakak, membuat perhatian tertuju padanya. Bahkan, Atlas yang sedang mengajari Starla memecahkan soal matematika ikut menatap Afghan.

"Sepuluh besar? Mimpi lo ketinggian, Mi. Dua puluh besar aja gue nggak percaya. Kita berdua tuh ditakdirin buat jadi lima besar paling akhir hahaha," ujar Afghan masih dengan ketawanya.

Mikha berdecak, kalau Afghan terus-terusan bacot kapan belajarnya. Satu soal pun belum selesai dia kerjakan. Kadang Mikha dibuat iri melihat hubungan Excel dan Starla, mereka mempunya cowok yang otaknya di atas rata-rata, tidak seperti Afghan. Ehhh tapi kenapa dia harus iri, kan Mikha sama Afghan nggak ada hubungan apa-apa.

"Daripada lo ngoceh terus, mending ini lo kerjain!" sarkas Mikha yang sudah habis kesabaran. Gadis itu menyodorkan buku tulis matematika pada Afghan.

"Mikh, mending lo belajar aja sama gue sini. Kasihan punya cowok tapi otak nggak guna gitu," celetuk Ariel yang langsung mendapat tendangan maut dari Afghan.

"Bacot lo babi, entar gue beli otaknya Albert langsung pingsan lo." Afghan menepuk dadanya bangga.

Starla sedari tadi hanya menyimak, pun dengan Atlas. Malas sekali rasanya mengurusi bacotan dari Afghan.

"Kalau masih ngomong terus mending pulang, Af!" sarkas Atlas. Cowok satu ini sekali ngomong pedes banget.

Afgan menatap Atlas dengan gelengan kepala tidak percaya. "Mentang-mentang pinter---"

"Lo nggak diem, kita pulang!" Mikha mencubit perut Afghan sangat kuat, membuat Afghan memekik kesakitan.

"Neng Mikha sakit woeee, busetttt cewek gue galak bener," ucap Afghan sembari mengelus perutnya yang terasa nyeri. Gadis ini tidak main-main memberi cubitan di perutnya.

"Anak Bunda pada pinter-pinter banget."

Suara wanita baya yang berjalan dari arah dapur tiba-tiba terdengar, membuat perhatian enam remaja yang tengah berada di ruang keluarga menatapnya.

"Udah pasti gue yang paling pinter," ujar Afghan yang sudah selesai mengelus perutnya.

"Saking pinternya sampai tolol," sembur Ariel yang sudah muak dengan bacotan Afghan.

Bunda menggelengkan kepala, selalu seperti ini jika putranya---Ariel, disatukan dengan Afghan. Iya, sepulang sekolah Afghan dan yang lain langsung ke rumah Ariel, mereka belajar bersama karena ujian akhir semester akan segera datang. Cepat sekali rasanya, sebentar lagi mereka akan duduk di bangku kelas XII, padahal kemarin Mikha baru saja pindah.

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGWhere stories live. Discover now