17| HUKUMAN

93 14 0
                                    

Hallow, i'm back🤟

Satu vote + komen kalian, semangatku!!!

🔥🔥🔥🔥

"Makan dulu, Khay." Afghan menyodorkan sepiring nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya yang dia masak sendiri khusus untuk Mikha. Cowok itu lalu ikut duduk di samping Mikha.

Mikha hanya menatap piring berisi nasi goreng dan telur ceplok di atasnya, tidak berniat untuk memakannya. Bahkan gadis itu tidak mau menatap Afghan yang sedari tadi menatapnya dengan penyesalan yang masih membuncak di hatinya.

"Khay, dimakan jangan dilihatin mulu," ucap Afghan lembut, tapi sama saja tidak mengusik Mikha sama sekali.

Afghan memilih untuk menurunkan egonya. Tangannya meraih sepiring nasi goreng di atas meja, lalu menyendok dan menyuapkan ke mulut Mikha. Mikha masih diam, pun dengan mulutnya yang terkatup rapat.

"Sayang makan, ya. Princess-nya Afa nanti sakit loh kalau nggak makan." Afghan mencoba meluluhkan hati Mikha. Dia sadar ini semua karena perkataannya yang terlampau jahat, meskipun dia sudah meminta maaf tadi. Tapi Afghan tahu permintaan maafnya tidak bisa menghilangkan rasa sakit di hati Mikha.

"Anter gue pulang, Fa," ujar Mikha datar.

"Makan dulu, ya. Nanti gue anter pulang." Afghan masih terus berusaha membujuk Mikha. Tangannya juga masih setia menyodorkan sendok berisi nasi goreng ke mulut Mikha.

Entah kasihan atau bagaimana, tapi Mikha membuka mulutnya membuat Afghan langsung menyuapkan nasi goreng ke mulut gadis itu. Afghan tersenyum senang. Mikha ini tipikal cewek yang kalau marah tidak bisa lama, pun dengan dirinya. Dan, Afghan yakin untuk kali ini Mikha juga tidak akan bisa marah terlalu lama dengannya.

"Fa, nggak ada kesempatan ya, buat gue pacaran sama Elio?" tanya Mikha sembari mengunyah nasi gorengnya.

Afghan berusaha menahan amarahnya, kenapa gadis ini selalu saja memancing emosinya. Mengambil napas panjang lalu membuangnya perlahan, Afghan meletakkan piring ke atas pahanya kemudian mengelus rambut panjang Mikha dengan lembut.

"Nggak ada, sayang. Elio udah punya hubungan, lo mau dianggap pelakor, hm?"

"Nggak," jawab Mikha datar.

"Jangan deket-deket Elio lagi, ya---"

"Nggak bisa," potong Mikha cepat.

Rasanya Afghan ingin menendang gadis di sampingnya ini ke surga saja. Entah kenapa telinganya terasa gatal mendengar nama Elio menjadi topik obrolannya dengan Mikha.

"Udah cinta banget ya, sama Elio? Padahal baru kenal." Afghan masih melembutkan suaranya, berusaha untuk sabar. Apa yang sudah Elio berikan sampai membuat Mikha secepat ini menaruh hati padanya. Afghan tidak habis pikir.

"Nggak tahu, tapi jujur, Fa. Selama ini gue deket sama cowok baru sama lo terus Elio."

Afghan mengangguk-anggukkan kepala, lalu menyuapkan nasi goreng ke mulut Mikha. Dia dibuat semakin ingin tahu dengan hidup Mikha di Bandung, apa gadis ini menjadi korban perundungan sampai separah itu. Rasa ingin bertanya, tapi segera dia urungkan. Dia tidak mau memaksa Mikha untuk cerita, biarlah waktu yang membawa Mikha untuk menceritakan semuanya padanya. Tapi jika semesta mendukung.

"First impression lo sama gue jelek, Khay. Mungkin itu yang buat kita susah jatuh hati satu sama lain." Afghan mengulum senyumnya.

"Boleh jujur nggak, Fa? Tapi jangan diketawain, ya."

Afghan tersenyum hangat, tangannya bergerak menyelipkan rambut Mikha yang berantakan ke belakang telinga. "Princess-nya Afa mau jujur apa, hm?"

Mikha menggigit bibir dalamnya sedikit kuat, setelah dirasa siap dia baru mulai membuka suara. "Deket lo kadang buat gue deg-degan nggak karuan, rasanya jantung gue kayak mau loncat. Gue nggak tahu kenapa, tapi kadang gue ngerasa takut banget deket sama lo, Fa. Apalagi waktu lo marah, gue nggak berani lihat lo."

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang