26| MANUSIA PUTUS ASA

174 19 7
                                    

Hallo, i'm back 🤟

Satu vote + komen kalian, semangatku!!!

🔥🔥🔥

"Dimakan jangan dilihatin aja, princess," ujar Afghan sembari mengunyah makanannya.

Mikha hanya diam, tidak bergeming sama sekali membuat Afghan jadi serba salah di sini. Afghan mengajaknya makan terlebih dahulu bukan karena apa, tapi karena tadi dia sempat mendengar Mikha bilang ke Starla kalau dia lapar. Namun, saat Afghan sudah membawanya ke restoran kenapa gadis ini tidak menyentuh makanannya sama sekali.

"Khay---"

"Lo kalau mau makan tinggal makan!" potong Mikha dengan nada tinggi.

Afghan langsung mengulum senyumnya, kenapa rasanya sakit sekali setiap kali mendengar bentakan gadis ini. Ini bukan kali pertama, tapi rasanya tetap sama. Sakit.

Melihat Afghan hanya diam, tidak menimpali ucapannya, Mikha mengembuskan napas panjang, gadis itu menyesal karena tidak bisa mengontrol diri. Akhir-akhir ini memang banyak sekali hal yang memenuhi pikirannya. "Kalau mau makan, makan aja. Gue nggak laper," ucap Mikha dengan intonasi lebih rendah dari sebelumnya, juga tidak ada bentakan.

Afghan langsung meraih piring berisi makanan milik gadis di depannya, cowok itu tahu kalau Mikha tengah berbohong. Bagaimana bisa tadi dia bilang lapar sekarang tidak, apa iya setelah naik motor dia langsung kenyang makan angin? Tidak masuk akal.

Menyodorkan sendok berisi makanan, Afghan kembali berujar. "Makan ya, princess. Bohong juga butuh tenaga."

Celetukan Afghan langsung mendapat pelototan tajam dari Mikha, bukannya takut Afghan malah cengengesan.

"Ayo buka mulut princess, aaaa." Afghan menggerakkan sendok seperti pesawat terbang, Mikha sedikit malu karena beberapa pengunjung menatap dirinya, jadi dengan terpaksa dia membuka mulut, membuat Afghan menjerit senang dalam hati. Afghan langsung saja menyuapkan makanan di sendok ke dalam mulut Mikha.

"Kalau nurut kan makin sayang. Princess tahu perasaan Afa ke princess udah berapa persen sekarang? Iya, tak terhingga. Sayang banget pokoknya sama princess satu ini." Afghan mencubit pipi bulat Mikha membuat sang empu langsung menepis tangannya kasar.

"Jangan mancing emosi gue. Diem bisa?!" titah Mikha hampir habis kesabaran.

Bukan Afghan namanya kalau menurut, cowok itu justru menye-menye, lalu berucap. "Jangan mancing emosi gue, perasaan dulu gue yang ngomong gitu kenapa sekarang kebalik."

Dalam hati rasanya Mikha ingin menggiling cowok di depannya ini sekarang juga. Bagaimana bisa dia tidak takut sama sekali, namun sesaat kemudian gadis itu teringat kalau Afghan lebih menyeramkan, jadi mana mungkin dia takut dengan gadis labil sepertinya.

Kembali menyuapkan makanan pada Mikha dengan senyum pepsodent yang dia pamerkan. Malas basa-basi gadis itu pun langsung membuka mulut. Saat Mikha asyik mengunyah, Afghan mengedarkan pandangan hanya melihat sekitar.

Sendok yang ada di tangan kanannya tiba-tiba terjatuh begitu saja, tangannya terkepal kuat, otot-otot di lehernya nampak menonjol, wajah cowok itu pun merah padam. Di meja yang tidak jauh dari tempatnya Mami yang melahirkan dirinya tengah makan berdua bersama pria setengah baya. Afghan kenal pria itu, katakan saja dia selingkuhan maminya. Dan, Afghan kira maminya sudah tidak menjalin hubungan dengan pria itu, tapi sekarang di depan matanya maminya tengah makan berdua ohhh ternyata tidak berdua, seorang cowok seumuran dengannya ikut bergabung. Bagaikan ditusuk jutaan jarum, hatinya remuk redam melihat interaksi maminya dengan cowok seumuran dirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGWhere stories live. Discover now