24| KEPUTUSAN TERBAIK?

57 10 0
                                    

Hallo, i'm back 🤟

Satu vote + komen kalian, semangatku!!!

🔥🔥🔥🔥

"Af, bener yang Elnino bilang?"

Afghan menyunggingkan senyum, melirik Atlas sekilas lalu kembali fokus menghisap olahan tembakau. Atlas sempat tidak mengenali senyuman itu, selama berteman dengannya mungkin ini kali pertama Afghan memperlihatkan senyum ini padanya. Meskipun Afghan bisa dibilang lebih dekat dengan Atlas daripada Ariel dan Excel, ternyata masih banyak hal yang Afghan tutupi dari cowok itu. Termasuk hal sepele seperti senyumannya barusan.

"Af---"

"Iya," jawab Afghan singkat.

"Bohong." Atlas menatap Afghan tajam seolah tak terima dengan jawaban cowok itu.

"Untung apa gue bohong sama lo, Las? Yang dibilang Elnino emang bener." Afghan menyunggingkan senyumnya, dia tidak membalas tatapan Atlas sama sekali. Cowok itu justru menatap gedung-gedung tinggi yang berada di depan pelupuk matanya.

"Bercanda lo murahan!"

Afghan tertawa nyaring, batang rokok yang dia apit diletakkan ke dalam asbak. "Bukannya gue yang murahan?"

"Bilang kalau lo bohong!" paksa Atlas. Dia benar-benar tidak terima dengan pengakuan Afghan.

"Ck, gue hidup untuk apa sih, Las? Untuk menampung rasa sakit? Trauma? Capek. Capek pura-pura kuat di depan lo semua." Afghan mendongak, menatap langit cerah tanpa tersaput awan. Cowok itu menahan mati-matian supaya lapisan kaca di netranya tidak pecah.

"Nangis!" Atlas mendorong kepala Afghan supaya tidak mendongak. Atlas tahu apa yang sedang dilakukan Afghan, menahan supaya dirinya tidak terlihat lemah.

"Mending lo pulang, Las. Biarin gue sendiri," cetus Afghan lempeng.

"Nangis!"

"Gue nggak lemah!"

Atlas dibuat menggelengkan kepala, ditepuk pundak Afghan dua kali. "Persepsi bodoh!"

Kadang Atlas tidak habis pikir dengan seseorang yang selalu menahan tangisnya hanya untuk membodohi diri supaya terlihat kuat. Tidak masalah nangis sesekali, dengan nangis beban akan terasa sedikit berkurang, perasaan akan terasa lega. Karena kita butuh meluapkan isi hati, bebasin air mata kalian. Jangan bunuh diri kalian hanya demi terlihat kuat. Nangis nggak bikin kalian lemah, ingat itu!

"Cerita aja, gue dengerin," sambung Atlas, cowok itu masih tidak mau menyerah.

Afghan mengembuskan napas berat, dia lalu menggeser duduknya supaya dapat menatap Atlas. "Gue nggak apa-apa, udah sana lo pulang."

"Lo anggep gue apa selama ini, Af? Kenapa lo nggak pernah cerita ke gue?"

"Karena emang nggak ada yang perlu diceritain. Pulang sana, gue mau tidur." Afghan masih terus menolak.

"Lo beneran nggak mau cerita sama gue, Af?" Atlas mengepalkan tangannya, dia merasa tidak berguna menjadi seorang sahabat. Bagaimana bisa selama ini dia tidak peka dengan sikap Afghan yang berlebihan.

"Bingung mau cerita apa," ujar Afghan lempeng.

"Saking banyaknya hal yang lo sembunyiin dari gue?"

"Gue nggak mau nambah beban lo. Intinya gue punya kembaran, tapi dia udah mati."

Atlas melotot, kebenaran yang sama sekali tidak pernah dia sangka. "Lo nggak lagi bercanda, kan, Af?"

"Muka gue kelihatan bercanda?"

HELLO, AFGHAN! | ON GOINGWhere stories live. Discover now