Hama

29.5K 2.2K 70
                                    

Kembali lagi dengan pasutri beringin ini, kangen? oh engga? yaudaa BYE!

Terobos ae diera gempuran huru-hara [ngeyel]

***

Siang hari ini, dengan berbaik hati Ayyara mau mengantarkan makan siang untuk Nata. Sebenarnya untuk bentuk sogokan sih. Sebab suaminya masih merajuk perihal pipi pait semalam.

Heran, udah bapak-bapak hobinya masih merajuk.

Ayyara juga udah nelpon sekertaris Nata agar sebisa mungkin tidak membiarkan Nata makan di kantin perusahaan sampai Ayyara sampai. Iya, Ayyara sadar bakal telat.

Ayyara turun dari taxi, diikuti Ziel yang siang ini memakai jumpsuit abu-abu di padukan kaos putih. Bocah gembil itu juga memakai topi lucu ala anak-anak.

Saat memasuki area kantor, Ayyara kembali mendapatkan sapaan dari para karyawan. Dibalas dengan anggukan serta senyuman anggun ala Ayyara Hazelia. Tentu saja dalam sekali pandang pun, itu memikat hati semua orang. Terkecuali Nata, saat itu. Mungkin sampai sekarang.

Ayyara mengernyit saat melihat meja resepsionis yang kosong— lebih tepatnya tidak ada wanita itu disana.

Apa Nata memecat perempuan itu karena Ayyara sempat bilang tidak suka?

Ayyara menggeleng. Nata tidak se-peka dan se-romantis itu.

Ayyara segera berjalan cepat. Insting seorang istrinya melambung naik. Masih dengan menggandeng Ziel, dia memasuki lift lalu menekan angka 12, dimana ruangan Nata berada.

Lift berdenting tanda Ayyara dan Ziel sudah sampai di lantai 12. Ayyara melihat Naufal— sekertaris Nata tengah mondar-mandir didepan pintu ruangan Nata.

"Naufal?"

Tubuh laki-laki jangkung itu berhenti dengan kaku. Sedikit memaksakan senyum untuk menyambut istri bos-nya.

"Siang, Bu Ayyara."

"Udah dibilang, panggil nama aja. Kenapa sih?" kata Ayyara sedikit kesal. Dia sudah mengenal Naufal sejak lama, kebetulan Naufal ini teman bermainnya Nata. Bukan teman kuliah ataupun teman sekolah, hanya teman yang sering kali tidak sengaja bertemu ketika nongkrong di cafe, lalu menjadi dekat. Dan Ayyara juga sudah sangat sering memperingatkan laki-laki itu untuk memanggilnya tanpa embel-embel 'Bu' . Tapi laki-laki itu ngeyel. "Berasa tua banget."

Naufal menggaruk hidungnya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. "Masih di area kantor, gak enak."

Ayyara mendengus. Terserahlah.

"Oh ya, mas Nata gak makan di kantin kan?" tanya Ayyara. Baru ingat tujuannya kesini adalah untuk membujuk bapak-bapak itu.

Naufal menggeleng kaku. Lagi-lagi Ayyara mengernyit. Ada apa sih?! Naufal persis seperti bawahan yang tengah menjaga rahasia besar milik bos-nya.

"T-tapi, Bu, di— di dalam..."

Ayyara sudah was-was. Jangan-jangan—

"Oh, ada si perempuan itu ya?" tebaknya dengan kepala yang mengangguk-angguk, seolah tidak kaget.

"Bu—"

Ayyara mengambil satu kotak bekal yang memang sengaja dia siapkan untuk Naufal. "Nih, buat lo. "

Lantas Ayyara menarik pelan lengan Ziel yang sedari tadi hanya diam mendengarkan Mama dan Om gantengnya ngobrol. Iya,  Ziel sudah mempatenkan panggilan 'Om ganteng '  untuk Naufal. Naufal ganteng kok, tapi kalo dibandingin sama Ayah,  Ziel bakal milih Ayah tentu saja!

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now