Kabar surat cerai

28K 1.8K 43
                                    

Hei, this is me🗽

***
Matahari merangkak naik, teriknya juga bukan main. Jika yang menghadapi ini adalah Jerry, pasti laki-laki itu akan mengatakan panasnya seperti simulasi di neraka. Se-dramatis itu suami dari Rosa.

Dan hari ini pula, hari ke-enam Haru tinggal bersama Ziel. Dirumah Ayyara dan Nata.

Hebat kan, niatnya hanya menitip sehari sekarang sampai bisa berhari-hari. Ayyara sampai tak habis pikir. Ada apa dengan Juna dan istrinya? Apa maksud dari perlakuan mereka pada Haru?

Terlalu lama menunggu, anak itu sampai tak lagi menanyakan kapan kiranya sang Daddy menjemput. Hari pertama sampai hari ke tiga, Ayyara harus kelimpungan menghibur Haru dan ditemani Ziel. Sedangkan Nata berusaha mencoba mencari jawaban yang menjanjikan sambil berkali-kali menelpon Juna.

Hingga akhirnya Ayyara ada di titik muak. Namun juga merasa sedih kala mendengar obrolan dua anak manusia itu. Awalnya biasa saja, mereka hanya mengobrol hal-hal random dan tak masuk akal.

Hingga akhirnya di sore yang penuh gerimis itu, satu pernyataan dari Haru membuat gerak tangan Ayyara yang sedang menyeduh susu harus terhenti.

"Ziel, Ayah kamu pasti sayang banget sama kamu." katanya sambil menyusun lego keempat mereka yang hampir selesai.

Ziel mengangguk semangat, "heem! Ayah Nata telbaik deh!"

"Adik Gio lucu ya?"

"Iya, Cessie lucu. Tapi kata Gio Cessie belisik." Ziel mengubah posisi duduknya menjadi terlentang. Tangannya saling menyatu di atas dada. "Makanya Ziel gak mau punya adik kecil."

"Ziel, menurut kamu, kenapa Gio masih di sayang Ayah nya padahal dia udah punya adik kecil?" kini Haru mengikuti gaya Ziel. Mereka berbaring berlawanan arah, namun kepala mereka saling bersisian.

"Kalena om Jelly sayang Gio?" Ziel menjawab dengan sebuah tanya lagi.

"Eum ... Terus kenapa Ayah kamu bisa sayang sama kamu?"

Ayyara meremas sendok yang masih ia genggam.

"Kalena Ziel gak nakal!" jawabnya bersemangat diiringi derai tawa. Tanpa tau raut sendu dari Haru.

"Ziel, Haru nakal ya?" anak itu bangkit, bergeser mendekati Ziel dan duduk dengan wajah yang menunduk.

Melihat itu, Ziel lantas ikut duduk. Posisi mereka jadi berhadapan. "Ndak kok! Halu baik, Halu gak nakal!"

"Terus ... " bunyi tarikan ingus terdengar. Anak kecil itu menahan isak tangis nya. Karena kata Mommy, Haru sudah tidak boleh menangis. Apapun alasannya.

"Terus kenapa Daddy ninggalin Haru? Daddy ninggalin Haru pasti karena Haru nakal terus Daddy jadi gak sayang sama Haru lagi."

Ayyara menghempaskan sendok begitu saja ke arah wastafel, membuat suara nyaring. Dia benci sekali melihat anak kecil menangis. Kendati anak itu bukan anaknya.

"Halu sedih ya?" Ziel beringsut mendekati Haru. Menepuk pundak kecil Haru yang bergetar dengan tangan mungilnya. "Kata Ayah, kalo kita sedih ya sedih aja. Kalo malah juga tinggal malah. Kalo mau nangis juga nangis aja ndak papa. Ndak baik loh, di tahan-tahan. Nanti dadanya sakit."

"Eum ... Halu kangen Daddy ya? Halu pasti pengen pulang." tangan mungil si kecil Ziel masih aktif mengelus punggung temannya. "Ziel tau kok. Tapi kalo Halu pulang, Ziel sama siapa? Halu pulang, Ziel loh yang kangen."

"Om Jelly bilang, kangen itu ndak enak. Tapi Ziel ndak percaya. Kata Ayah om Jelly banyak boong nya. " Ziel membuat gestur berpikir dengan kepala memiring dan telunjuk di bawah dagu. Khas sekali. "Tapi kayaknya yang di bilang om Jelly kali ini benel deh, soalnya sekalang Halu nangis kalna kangen Daddy."

"Nangis aja, Ziel juga seling kok nangis. Ndak papa!" katanya menyemangati dengan cara menyerocos. Beda sekali dengan Ayahnya yang hanya akan diam ketika melihat Ayyara menangis, palingan hanya memeluk dan elus-elus kepala. Sepertinya Ziel mewarisi sifat Ayyara untuk hal seperti ini.

Seolah di beri izin dan tak takut dimarahi, tangis Haru semakin keras. Terasa menyesakkan bagi Ayyara yang mendengar.

Tak tahan dengan ini semua, sore itu Ayyara bergegas mencari kontak Nata dan menyampaikan apa yang terjadi. Setelahnya Ayyara tidak akan perduli apa yang akan dilakukan Nata pada adik sepupunya itu.

Dan tadi malam, setelah tau apa yang telah di lakukan anak Ayah itu Ayyara semakin tak habis pikir.

Mereka sempat cekcok dan diakhiri dengan Ayyara yang membanting pintu. Tak ada niatan seperti itu sebenarnya. Tapi Ayyara kepalang kesal dan malas mendengar penjelasan. Dia sedih. Kenapa harus jalan itu yang diambil?

Semakin sedih kala Nata tak ikut masuk kedalam kamar. Suaminya itu sepertinya memilih tidur di kamar tamu.

Double shit stupid Ayyara!

***

Nata memijat pelipisnya dengan dramatis. Deringan yang berasal dari ponselnya belum juga berhenti.

Malah Nata yakin, sekarang jumlah si penelepon telah bertambah.

Ditilik dari segi manapun, deringan itu sudah pasti datang dari Ayahnya. Dan itu yang membuat Nata enggan barang sedikit pun menoleh untuk sekedar melihat.

Ayahnya terlalu bersisik.

Nata tidak perlu bertanya apa yang sekiranya akan di tanyakan para si penelepon. Nata sudah jelas sangat tau.

Tak lain dan tak bukan pasti tentang surat dari kementerian agama.

Ya jelasnya surat gugatan cerai.

[sebagian narasi di-cut]

Cey, 15 Juli

-see u-

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now