Si gede gengsi

17.8K 1.3K 49
                                    

telat yaaaa?

***

"Ayaaaaaah!"

Ziel dengan gerakan hiperbola langsung turun dari kursi yang didudukinya untuk menerjang tubuh tegap milik Ayahnya. Bocah itu terkikik geli saat Nata membawa tubuhnya kedalam gendongan disertai gesekan hidung mancung sang Ayah di perut buncitnya. "Ayah, geli ... "

"Wangi banget sih," Nata menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang anak. Hari ini banyak hal yang menguji emosi nya, pemicu utamanya tentu masalah kantor. Ada beberapa pihak yang tak setuju dengan ajuan cuti Nata beberapa hari lalu yang didasari oleh kehamilan Ayyara juga masa ngidam yang ia alami. Katanya Nata kurang profesional. Padahal selama cuti, Nata tetap bekerja, walaupun dari rumah. Tapi semua emosi yang bersarang di kepalanya menguap begitu saja sesaat setelah Nata mendengar dan mendekap tubuh Ziel.

Ziel memeluk leher Ayahnya dengan erat, terlalu rindu. Padahal baru ditinggal beberapa jam lalu. Mungkin karena belakangan ini Ziel terbiasa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam bersama Nata. "Ziel kila Mama boong pas bilang Ayah mau kesini,"

"Mama gak pernah bohong loh sama Ziel, kenapa mikirnya gitu?" Nata duduk di kursi yang semula di duduki Ziel. Sedangkan bocah itu duduk diatas pangkuan Ayahnya tanpa ada niat untuk melepaskan pelukannya.

"Maaf."

Nata tersenyum kecil sembari mengelus surai putranya, "gak papa. Sekarang Mama nya, mana?"

Ziel memainkan jari-jarinya diatas pola abstrak dasi milik Nata, "ke belakang, liatin kakak-kakak kelja."

Nata mengangguk, lantas melambai pada seorang barista yang tak lain adalah Junior. "Moccachino, satu."

Tidak lama setelah itu datang dua orang pria berjas yang memang salah dua kolega Nata. Mereka berjabat tangan dan Nata mempersilahkan koleganya untuk memesan. Menu yang dua orang itu pesan adalah americano dan tiramisu. Jika Nata perhatikan, sepertinya tiramisu dan waffle akan menjadi best seller di cafe milik Ayyara ini, sebab sedari tadi Nata selalu saja melihat dua makanan itu di setiap meja pengunjung.

Dengan Ziel yang masih dalam pangkuannya, Nata terlihat santai menjawab setiap pertanyaan dan topik yang dibawa oleh dua koleganya itu. Alih-alih di cap cuek, di dunia bisnis Nata malah terkesan tegas. Pria itu jarang tersenyum, kecuali jika memenangkan tender dan juga membanggakan istrinya.

"Baru usaha pertama, kan?" Tanya laki-laki berjas abu-abu dengan rambut klimis. Nata menjawab dengan anggukan kecil setelah menyesap moccachino nya. "Semoga berjalan dengan lancar."

"Ya, semoga." Jawab Nata sekenanya.

Jika ada yang memuji istrinya, Nata lebih suka mereka yang memuji seberapa terampil nya Ayyara. Bukan pujian yang mengarah pada fisik menawan wanita miliknya itu.

Laki-laki berjas hitam dengan dasi biru langit terang disebelah si pria berjas abu-abu menyuapkan tiramisu nya dengan lahap. "Saya baru tau loh, ternyata istrinya Pak Adinata cantik sekali."

Oh dude, pujian seperti itu yang sangat Nata benci.

***

Disisi lain, setelah memantau kinerja karyawan nya, Ayyara memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya yang ternyata sudah datang dan memilih duduk di area outdoor. Jika para perempuan berkumpul tentu tidak afdol jika tidak berbicara ngalor-ngidul tentang ini dan itu.

Setelah duduk kurang lebih selama lima belas menit, Ayyara sudah mendapatkan banyak sekali berita. Sumber nya tentu Rosa. Wanita dengan dua anak itu adalah sumber terpercaya. Eliza juga bergabung disana. Perempuan itu semakin hari semakin akrab juga semakin keluar sifat aslinya yang ternyata sebelas dua belas dengan Rosa.

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now