a sweet night>>>

28.3K 1.8K 113
                                    


yg blom punya ktp mundur yaa demi kebaikan pemikiran polos anda sekalian 🤸🙏
.
.
.
hm semoga kalian syukaa>>>🤨

***

"Aya."

Ayyara mengatupkan bibirnya yang sedikit terbuka sebab kegiatan mereka barusan. Lalu meraup nafas. Dia menaikan pandang dan dipertemukan dengan mata tajam suaminya.

Tidak.

Pandangan mereka tidak bertemu. Sebab Nata lebih fokus pada satu hal yang baru saja ia lepaskan. Lelaki itu memiringkan kepala. "Aya?"

"Ya?" Ayyara menelan ludah gugup. Ini bukan pertama kali. Ini juga bisa disebut bukanlah posisi yang begitu intim. Masih bisa disebut biasa saja untuk ukuran sepasang suami istri. Tapi demi Tuhan. Dia masih sama gugupnya seperti pertama kali.

"Kamu makan sate berapa tusuk?"

"Huh?" Ayyara mengernyitkan dahi. Bingung dengan pertanyaan Nata, juga sedang mencoba mengingat berapa banyak sate yang tadi ia lahap. "Dua puluh?" jawabnya ragu.

Kali ini Nata menatap mata istrinya. Ingin tertawa sebenarnya kala melihat bola mata Ayyara yang bergetar. "Pantes. Bibir kamu rasanya saus kacang."

"Ih!" Ayyara mendelik. Memukul punggung Nata yang tengah mengukung nya. "Aturannya bilang rasa strawberry kek! Nyebelin banget."

Nata mencecap lidahnya sendiri. Mencoba mencari dimana letak rasa strawberry yang wanita itu maksud. Dia menelengkan kepala lalu menggeleng. "Tidak ada."

"Apanya?"

"Tidak ada rasa strawberry." jawab Nata pendek.

Ayyara berdecak. "Terus?"

"Lagi."

Mata Ayyara menyipit. Dasar modus!

Belum sempat protes Nata sudah kembali memagut bibirnya. Sebenarnya posisi ini tidak nyaman bagi Ayyara. Dia bersandar di kaca mobil dengan Nata yang mengukung nya. Tubuhnya jadi terasa pegal.

Nata yang juga merasa tidak nyaman pun mengangkat tubuh mungil itu lalu diletakkan di atas pahanya. Setelah merasa nyaman Nata kembali menekan tengkuk istrinya. Menyesap dengan lembut labium lembut yang demi apapun tak bisa Nata abaikan.

Ayyara adalah bentuk dari godaan hidup yang tak bisa Nata tampik. Wanita itu—

Sebelum mengakhiri pagutan nya, Nata mengecup dalam bibir kecil istrinya. Merangkum pelipis Ayyara dengan tangan besarnya lalu menyatukan dahi. Nata bisa merasakan nafas yang memburu juga hangat menerpa sekitaran bibirnya. Dia bergumam serak, "Give me, more."

Ayyara hampir saja tersedak ludahnya. Jarak mereka terlalu dekat. Saking dekatnya, saat Nata berbicara, bibir pria itu sedikit bersentuhan dengan miliknya. Mata kecilnya berpendar mengamati sekeliling. Lalu dia meringis, "disini?"

Nata mengecup kecil pucuk hidung istrinya lantas menarik diri. "Tidak. Saya tidak suka tempat sempit."

"Tidak leluasa." lanjutnya. Membuat Ayyara mengutuk dalam hati. Mengerti dengan konteks kata tidak leluasa yang suaminya maksud.

Ayyara merapihkan rambut. Menepuk pundak suaminya. "Yaudah ayo keluar. Kita udah hampir satu jam loh di dalem mobil, mas. Padahal teras rumah tinggal berapa langkah lagi."

Tinggal membuka pintu mobil dan keluar dari area garasi, maka mereka akan langsung sampai di teras rumah. Harusnya sedari tadi. Tapi entah apa alasannya laki-laki itu malah mengajak bergulat di ruang sempit bernama mobil.

Nata mengangguk. Dia membuka pintu mobil lalu menurunkan Ayyara. Disusul oleh dirinya dan langsung melangkah meninggalkan Ayyara yang masih terdiam.

Sadar istrinya tak bergerak, Nata membalikan badan. "Ayo. Kamu ngapain?"

Wanita itu menghentakkan kaki. "Gendong!"

Nata meneliti keadaan istrinya dari atas sampai bawah. Terlihat baik. "Kaki kamu terkilir?"

Ayyara menggeleng. "Pokoknya pengen di gendong!"

Dahi pria itu jelas mengerut. Namun dia memilih mengalah dan kembali menghampiri Ayyara yang masih berdiri disamping pintu mobil. Dia berjongkok, menepuk punggungnya mengisyaratkan agar Ayyara naik.

Bukannya naik, Ayyara malah ikut berjongkok berhadapan dengan suaminya. Bibirnya mengerut. "Pengen nya gendong depan."

Helaan nafas Nata keluarkan. Tanpa banyak bicara dia langsung mengangkat tubuh Ayyara kedalam gendongan nya. Wanita itu melilitkan tangan di lehernya, lalu kedua kaki di pinggangnya. Persis seperti koala yang tengah memeluk pohon.

"Puas?"

Ayyara mengangguk antusias. Merebahkan kepalanya di bahu Nata dan memilih memperhatikan laki-laki itu dari samping. Terlihat begitu sempurna. Rahangnya terlihat tegas dan tajam. Hidung mancungnya seolah melambai minta di sentuh. Maka Ayyara membawa jari telunjuknya untuk menyusuri hidung bak perosotan itu. Ayyara juga bisa melihat dengan jelas jakun yang menonjol itu bergerak naik turun.

Holy shit, kenapa terlihat begitu mengagumkan?!

Nata berdehem. "Sepertinya kamu benar-benar ingin melanjutkan yang tadi."

Ayyara kembali membawa satu tangannya untuk dikalungkan di leher suaminya. "Mau di lanjutin ya silahkan. Enggak juga gak masalah buat aku."

Mendengar jawaban Ayyara, Nata menaikan alis. Tidak yakin dengan jawaban wanita itu.

"Tidak. Saya harus melanjutkan apa yang seharusnya saya lanjutkan."

[sebagian narasi di-cut]

askbskrwsjdrsyt saya siapa saya dimanaaaa

manis gak sih? kalo engga ya maafin😙

btw ... setelah baca ini dapat hikmah? [tertawa terbihik bihik]

udah deh, bhay dulu 🤸😏

Cey, 24 Juli

-see u-

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now