On the way

15.4K 1.2K 69
                                    

hiks kalian harus tau seberapa frustasinya diriku nulis ulang part ini gara-gara aku salah pencet yang awalnya mau pencet *salin malah pencet *tempel yang otomatis ilang hasil kerja rodi guwee semaleman 😭

Chapter 29 gak sih ini? Berarti bentar lagiiiiii.....

so, alurnya aku percepat, maap ye

terus juga ini kan ceritanya lagi di luar NEGERI nih yaa tapi percakapan antara tokoh dengan warga lokal disana (ceritanya) aku tetep pake bahasa Indonesia aja ya, biar gak ribet dan gak bingung meskipun mungkin jadinya gak ngefeel hehe

***

Setelah usia kandungannya memasuki bulan delapan, Ayyara benar-benar hanya melakukan kegiatan-kegiatan menyehatkan dan makan-makanan penuh gizi. Ayyara juga benar-benar menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan santai disekitaran sungai Rhine.

Nata juga lebih protektif dan bawel. Meski begitu, dia tidak pernah sekalipun mengeluh. Walau dia harus kembali merasakan mual dan muntah seperti di awal kehamilan Ayyara.

Lagi-lagi Nata yang kena. Dia jadi curiga, saat lahir anak itu akan mirip dengannya lagi.

Seperti saat ini, Nata yang tengah membungkuk didepan wastafel dan Ayyara yang berdiri disampingnya dengan tangan yang tak berhenti mengurut tengkuk suaminya.

Setelah membasuh mulutnya, Nata menumpu kan keningnya ke pinggiran wastafel dengan nafas terengah. Mual yang sekarang lebih melelahkan dari sebelumnya, membuat tubuh Nata lemas bukan kepalang.

"Mas?" Ayyara mengelus punggung Nata dengan mata memanas dan bibir bergetar.

Mendengar nada suara yang berbeda dari sebelumnya, Nata menegakkan tubuh. Dia memandang dengan heran ke arah Ayyara yang matanya sudah berkaca-kaca. "Ada yang sakit?"

Ayyara menggeleng, "maaf."

"Maaf?" Ulang Nata, "maaf untuk apa, Sugar?"

Dengan kepala yang menunduk, Ayyara memilin jari-jemarinya. "Maaf gara-gara aku kamu jadi muntah."

Dengan alis yang mengerut, Nata mengangkat dagu Ayyara agar bisa menatap mata istrinya itu. "Kok jadi salah kamu?"

"Karena—" Air mata Ayyara meluruh setelah melihatmu wajah pucat Nata. Dia merasa bersalah. Belakangan ini pipi laki-laki itu juga terlihat menirus. "Kamu muntah-muntah, kan ... Gara-gara aku hamil."

Mulut Nata menganga. Tak habis pikir dengan tingkat ke-sensitifan ibu hamil. Lebih ajaib lagi karena ibu hamil itu adalah istrinya yang memang ada-ada saja. Nata menangkup pipi berisi Ayyara, "bukan gitu cara kerjanya, sayang."

"T-tapi ... Kan, kamu kayak gini emang karena aku hamil." Balas Ayyara dengan tersendat-sendat. "Maaf."

Nata yang kepalang bingung bagaimana cara menenangkan dan juga merasa gemas dengan Ayyara memilih mengecup singkat puncak kepala istrinya. "Kamu hamil juga gara-gara aku, kan?"

Ayyara mengangguk.

"Yaudah gak papa. Toh kamu juga gak bakal hamil kalo gak aku hamilin."

"Bisa sama orang lain." Jawab Ayyara enteng.

"Heh!"

1000% GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang