Jazziel's cafe

17.9K 1.3K 37
                                    

oke, aku mau say hi dulu sama minta maaf🤣

berapa lamakah diriku menghilang?

untuk pembaca baru welcome ...

untuk pembaca lama ... kalian belum bosen kan???

oh iya, disclaimer, part ini bisa aja membosankan:]

***

Di pagi yang mendung dengan ditemani se-gelaa susu hamil rasa cokelat, Ayyara terduduk di kursi kayu yang berada di halaman belakang rumahnya.

Beberapa menit yang lalu, dia baru selesai memberi makan anak ayam warna-warni milik Nata yang ternyata sekarang ditolak mentah-mentah oleh si empunya.

Pagi tadi, setelah menghempaskan Ayyara yang ada di pelukannya saat bangun tidur, Nata juga mendeklarasikan bahwa anak-anak ayam yang katanya ia minta secara tidak sadar untuk di berikan pada siapapun, asalkan tidak dirumahnya. Atau jika perlu dijual saja lagi.

Aneh? Ya sepertinya hidup Nata memang selalu dipenuhi oleh kata aneh.

Dan sepertinya juga, dari kejadian itu, Ayyara menyimpulkan bahwa Nata sudah kembali pada setelan awal.

Tidak ada lagi Nata yang merengek minta morning kiss saat bangun. Tidak ada Nata yang takut nasi dan microwave. Tidak ada pula Nata yang nyemilin snack Sukiyaki. Semuanya berjalan secara normal sekarang. Bahkan, dua sendal swallow yang tak bersalah harus masuk ke dalam tong sampah.

Saat Ayyara melarang dan ingin menyimpan kedua sendal itu, Nata malah mengomel. Katanya dia tidak suka baunya. Nah itu, Nata yang asli itu tidak suka bau sendal.

Makanya, Ayyara yakin jika Nata sudah selesai dengan masa ngidamnya.

Ada sedikit rasa kehilangan. Mungkin karena Ayyara belakangan ini terbiasa dengan Nata yang menggemaskan.

Jika Ayyara merasa sedikit sedih dengan kembalinya Nata pada setelan awal, lain halnya dengan Juna dan Rachel. Rachel bahkan merelakan begitu saja uang nya yang dia pakai untuk membeli ayam warna-warni- btw Nata sempat lupa bayar dan Rachel sempat merajuk. Tapi karena sekarang Nata sudah kembali menjadi Mas Nana kesayangan Rachel, perempuan itu tak lagi mempermasalahkan uangnya.

Dan untuk Juna, sepertinya laki-laki itu yang paling senang. Katanya dia lebih suka Nata yang lempeng-lempeng minta di tampol daripada Nata yang dikit-dikit minta ini dan itu. Karena bagi Juna itu sangat merepotkan. Dan juga, Nata dalam setelan lempeng tidak pernah menyusahkan orang lain. Beda dengan Nata yang kemarin. Itu kata Juna saat tadi shubuh Ayyara curhat lewat telpon pada si duda anak satu itu.

Belum lagi, Nata ngotot ingin pergi ke kantor. Padahal hari ini adalah launching perdana cafe milik Ayyara dan dua hari lalu laki-laki itu sangat excited untuk datang.

Ayyara berdecak. Perempuan hamil itu meneguk sekaligus susu yang semakin mendingin karena terlalu lama di acuhkan. Dia mendelik saat melihat presensi Nata dihadapan nya.

Dengan jas juga tas kerjanya, Nata terlihat begitu tampan. Seperti biasanya. Tapi kali ini tidak bagi Ayyara.

"Saya berangkat."

"Gak boleh." Jawab Ayyara cepat.

Muka triplek milik Nata terpasang secara otomatis. "Kalo saya gak kerja, saya gak bakal dapat uang buat biaya persalinan kamu."

Ayyara mendengus. Nata berkata seperti itu seolah-olah jika laki-laki itu tak memiliki tabungan saja. Dan Ayyara juga tidak lupa bahwa Nata sudah menyiapkan kartu yang memang dibuat untuk calon anak kedua dari jauh-jauh bulan. Untuk berjaga-jaga. Meskipun isinya belum terlalu banyak dan tak sebanyak uang tabungan untuk Ziel, tapi Ayyara yakin uang itu akan cukup. "Gak usah alesan. Lagian, kan Mas udah nyiapin kartu dari jaman baheula¹ buat dedek bayinya."

1000% GENGSIWhere stories live. Discover now