26

7.2K 1.2K 49
                                    

Song of the day: Daddy Won't You Please Come Home by Annette Hanshaw

Raden Ajeng memisahkan Jenaka dari Pram. Perempuan itu mengatakan bahwa apa yang Jenaka lakukan adalah tidak sopan. Pram menenangkan Raden Ajeng agar tidak terlalu kaku. Jenaka hanya sedikit kesenangan.

"Terus kenapa Jati bisa sampai basah?" tanya Pram mengalihkan pembicaraan agar Raden Ajeng berhenti memarahi Jenaka.

"Tadi Jati hendak menolong seorang anak kecil tapi justru ombak besar datang dan menyeretnya," jawab Raden Ajeng.

Jati hanya diam dengan wajah merona.

"Oh ... ternyata anak kaku sepertimu bisa ceroboh juga," goda Pram membuat Jati memelototinya. Jenaka tersenyum melihat sisi lain Jati yang tak hanya diam mengamati.

Mereka berempat menikmati piknik dadakan mereka. Jenaka bangun untuk menyegarkan kakinya dengan air laut. Ia melihat para rang eropa di sisi lain pantai yang bermain layang-layang. Jenaka berpikir sejenak dan mengingat-ingat kapan terakhir ia bersenang-senang seperti itu?

Jenaka selalu menjadi anak yang serius. Ketika keluarga besarnya mengajak dirinya untuk piknik ke pantai, Jenaka selalu menghabiskan waktunya dengan buku di atas kain alas. dirinya selalu menjadi bagian menjaga makanan sedangkan yang lain bersenang-senang membangun istana pasir, bermain layang-layang atau voli pantai.

Setelah melihat dengan mata terbuka kini Jenaka baru sadar bahwa ia telah ketinggalan banyak hal. Ia tidak benar-benar melihat selama ini. Buku memang jendela dunia tapi itu membuatnya lupa akan dunia yang sesungguhnya. Dunia yang ada di depan matanya yang selalu ia lewatkan.

Jenaka melamun cukup lama sampai tak sadar seseorang menyusul di belakangnya.

Pram mengetuk pipi Jenaka menggunakan telunjuknya membuat gadis itu sadar dari lamunannya.

"Apa?"

"Mau membuat istana pasir bersama? Kita akan berkompetisi antar tim. Kamu mau jadi timku?"

Jenaka mengernyit bingung akan ajakan yang begitu tiba-tiba.

"Jati dan Raden Ajeng akan jadi satu tim."

Mendengar bahwa Raden Ajeng juga Jati dalam satu tim, Jenaka langsung setuju. Mereka berempat menyewa peralatan dari kios pantai. Jenaka yang dibakar oleh kata kompetisi berambisi ingin membuat istana pasir yang besar dan indah. Meski pun ia belum pernah membuat satu tapi setidaknya ambisi sudah cukup meyakinkan Pram bahwa mereka bisa melakukannya.

Tangan dan kaki, begitu juga rambut serta pakaian mereka telah kotor oleh pasir. Sesekali mereka beristirahat dari terik matahari kemudian melanjutkan pekerjaan mereka. Jati dan Raden Ajeng tentu kesulitan menyusun istana mereka tapi Jenaka dan Pram sangat lihai.

Mereka membuat istana pasir setinggi Jenaka dengan mengeruk banyak pasir dari mana saja. Beberapa orang eropa yang lewat pun memuji Jenaka akan keahliannya membuat istana pasir. Dan tentu saja pemenangnya sudah bisa dilihat. Jenaka dan Pram adalah pemenangnya.

Jenaka dan Pram saling bertepuk tangan mengejek Raden Ajeng dan Jati yang gagal mempertahankan bagian atas istana pasir mereka akibat terlalu kering. Jati terlihat kesal. "Lihat saja! Suatu hari nanti aku akan membuat yang lebih besar dari punya kalian berdua!" teriaknya tak ingin kalah. Raden Ajeng hanya tertawa.

Selama beberapa jam membangun istana pasir bersama, Jenaka bisa lihat bagaimana Jati sekarang lebih santai dan dapat berbicara dengan dirinya juga Raden Ajeng dengan lebih santai. Pemuda itu juga jadi lebih terbuka akan perasaanya. Ia juga tak segan memaki Pram membuat Jenaka merasa puas karena terkadang ia juga ingin memaki pria itu tapi tak berani karena ada Raden Ajeng, Setidaknya Jati mewakili dirinya untuk memaki Pram.

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now