44

6.8K 1.1K 225
                                    


Jenaka menyembunyikan semua barang temuannya ke dalam kolong tempat tidur. Setelah itu dirinya cepat-cepat berlari menuju pintu untuk memeriksa apa yang terjadi di luar. Di sela-sela pintu yang terbuka ia melihat para penjaga yang berjalan ke arah paviliun sepertinya mereka sudah diinformasikan jika ada pencuri yang masuk ke dalam kamar Raden Jaya.

Pram yang penasaran juga ikut mengintip keluar dilihatnya orang-orang berlarian. Bahkan terdapat beberapa penjaga yang membuka pintu kamar paling ujung untuk memeriksa. Jenaka segera menutup kembali pintu kamar mereka. Tak lupa juga ia mengunci untuk berjaga-jaga.

"Astaga-astaga ... bagaimana ini?" tanya Jenaka mulai panik. Dilihatnya ruangan itu yang tidak memiliki jendela. Hanya sebuah ventilasi kecil di atas dinding. Jenaka tidak akan bisa muat di ventilasi itu.

Pram hanya berdiri di tengah ruangan sambil menunggu Jenaka untuk tenang dan jelaskan sebenarnya apa yang terjadi. Di luar kamar mereka keributan terdengar semakin menjadi-jadi. Pram dan Jenaka sama-sama bisa mendengar suara pintu didobrak.

Napas gadis itu berderu semakin cepat ketika melihat gagang pintu yang digerakkan secara kasar dari luar. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kala ia sedang terpojokkan seperti ini. Ia pernah membaca cara pasangan kriminal yang mencoba menipu para pengejar mereka.

Jenaka pun bergegas membuka baju Pram yang ada di depannya. Pram membelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh gadis itu. Pria itu menyilangkan kedua tangannya cepat merasa belum siap untuk melakukan hal tersebut. Meskipun Pram seringkali menggoda banyak wanita di luar sana. Tapi ia ingin menyimpan hal itu untuk istrinya. Apa ini artinya Jenaka ingin menjadi istrinya? Wajahnya sudah semerah tomat. Ia memejamkan mata mencoba pasrah jika memang begitulah yang Jenaka inginkan.

Pram mencoba menjaga rasionalitasnya. Ia bahkan tidak sadar akan bahaya dimana pintu kamar mereka mulai diketuk dari luar.

"EH!?"

Jenaka menyeret Pram untuk naik ke atas tempat tidur bersamanya. Gadis itu menutupi kedua tubuh mereka menggunakan selimut. Tali rasionalitas Pram hampir putus ketika Jenaka menatapnya dari bawah sana. Gadis itu masih mengenakan pakaiannya. Jantungnya hampir meledak ketika gadis itu melepaskan kancing kemejanya satu per satu. Kedua tangan Jenaka melingkar di leher Pram membuat pria itu benar-benar hilang akal.

"Jenaka? Katakan kapanpun kamu siap. Saya juga sudah siap."

Jenaka mengetuk keras kepala Pram agar tersadar.

"Apa yang kamu pikirkan? Cepat balas peluk secepatnya!"

Pram berterima kasih atas pukulan Jenaka kini akal sehatnya telah kembali.

"Ah..." sebuah kesadaran menghantam pria itu.

Jenaka membungkam mulut Pram untuk diam. Ketukan di pintu mereka terdengar semakin keras meminta keduanya untuk buka pintunya segera.

Wajah pria itu sudah sangat merah menahan malu atas kesalahpahamannya. Sekarang Pram tahu apa yang sedang Jenaka lakukan. Sepertinya gadis itu berhasil masuk ke ruangan Raden Jaya dan mengambil sesuatu membuat Raden Jaya memerintahkan para penjaga untuk mencari Jenaka. Dan gadis itu ... dia tidak sedang menggodanya melainkan sedang mencari cara untuk menipu para penjaga.

"Buka pintunya atau kami dobrak!"

Jenaka merapatkan tubuhnya pada Pram. Pram berusaha setengah mati menjaga lutut dan sikunya agar tidak lemas menimpa tubuh Jenaka di bawahnya. Pram tengah mencoba menghapalkan deretan undang-undang agar matanya tidak melihat ke arah tiga kancing terasa Jenaka yang sudah terbuka. Sial. Sepertinya dia mendapatkan reaksi alami seorang pria.

Ia meraih tangan Jenaka yang membungkam wajahnya.

"Cobalah mendesah, Jenaka," bisiknya sambil mendekatkan dirinya kepada Jenaka.

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now