30

7K 1.1K 45
                                    

Jenaka dan Pram kembali ke kantor kepolisian untuk melihat perkembangan penyidikan. Atas izin dari Iskandar, Inspektur Kepolisian yang menangani kasus ini, Janaka dan Pram mendapatkan akses untuk menemui jasad Raden Panji untuk terakhir kalinya sebelum dikembalikan ke kediaman untuk segera dikuburkan.

"Pagi ini juga harus dikembalikan. Adik Raden Panji datang tadi pagi dan meminta untuk jasadnya segera dikembalikan. Jadi kami hanya bisa menyelesaikan otopsi dengan cepat."

Jenaka berdiri di samping Pram menunggu Istandar menjlaskan penemuan hasil otopsi mereka juga rekam jejak perkara di kediaman Raden Panji. Iskandar mengeluarkan sebuah potret lukisan. Jenaka tahu lukisan itu. Itu adalah lukisan yang ia lihat di kamar milik Ayutnya.

Di potret itu Raden Ajeng berdiri di samping Raden Panji. Iu adalah lukisan pertunangan mereka. Jenaka ingat karena Raden Ajeng pernah bercerita jika ia menangis sebelum lukisan itu dibuat dan Raden Panji memberikannya anting berlian untuk menyenangkan hati Raden Ajeng.

Telunjuk Iskandar berhenti di depan dada Raden Panji.

"Ini adalah berlian yang terkenal. Rumornya ini adalah berlian yang dipesan khusus oleh Bupati dan diberikan kepada Raden Panji untuk menjadi suksesinya. Seorang saudagar dari Eropa bahkan tertarik untuk menukarkannya dengan harga yang tak sedikit."

Pram mengangguk. Ia sering melihat Raden Panji menggunakan pin berlian itu. Pin berlian itu sudah seperti setengah jiwanya. Setiap ada acara Raden Panji akan membanggakan dirinya yang telah mendapatkan mandat dari sang ayah untuk menjadi suksesi melalui pin berlian khusus itu.

"Karena Raden Panji menolak tawaran mahal itu, para bangsawan juga orang eropa lainnya berbondong-bondong datang ke pengrajin yang sama untuk minta dibuatkan pin berlian yang sama. Tapi pengrajin itu telah membuat sumpah dengan Bupati bahwa dia tidak boleh membuat pin berlian yang sama lagi."

"Bukankah itu pin berlian yang katanya hilang pada waktu itu?" tanya Jenaka mengingat kunjungannya kemarin dimana Iskandar juga mengatakan bahwa ada pin yang melekat di baju Raden Panji yang menghilang.

Iskandar membenarkan kecurigaan Jenaka. Seseorang ditemukan tewas dengan sesuatu yang berharga menghilang?

"Perampokan?" tanya Jenaka dan Pram bersamaan.

Iskandar duduk di atas kursinya terlihat lelah.

"Saya menduga hal yang sama tetapi keluarga Bupati terutama adik Raden Panji menolak hal itu. Buktinya brankas berisikan lebih banyak harta sama sekali tak tersentuh. Ia tetap ingin menyalahkan Putri Wedana."

Pram berpikir sejenak. Mereka hanya perlu menemukan pin berlian itu. Itu adalah bukti kunci yang bisa mereka gunakan untuk membantu membebaskan Raden Ajeng.

"Kami sudah mencari di sekeliling rumah. semua pelayan juga kami tahan dan menggeledah semua rumah begitu juga rumah Wedana tapi kami tak menemukan pin berlian itu."

Pram tidak setuju. Para babu tidak membutuhkan sebuah pin berlian. Jika mereka mencuri itu, apa yang akan mereka lakukan dengan itu? Jika ada yang ketahuan memiliki pin berlian itu maka mereka akan dieksekusi di tempat. Siapa pun yang berniat menjual sama saja akan mempertontonkan pin berlian itu dengan gamblang tentu orang itu langsung akan menjadi tersangka.

Pram sering kali menangani kasus dimana para babu mencuri benda milik tuannya kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang. Tapi mereka tidak pernah mengambil sesuatu yang sangat berharga. Mereka hanya mencuri sesuatu yang kecil seperti piring, giwang kecil, atau kain batik yang sudah lama tak terpakai dan sejenisnya. Tidak pernah sesuatu yang mencolok.

Bukan sesuatu yang luar biasa seperti pin berlian yang menunjukkan kekuasaan. Memeriksa para babu hanyalah sesuatu yang sia-sia. Mereka hanya butuh mencari sosok yang menginginkan pin berlian itu sebagai koleksi. Bukan sebagai barang berharga yang untuk dijual.

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now