35

6.5K 1K 31
                                    

Sedikit sulit untuk membuka mulut adik dari Kepala Pelayan itu. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa tentang keterlibatan sang kakak. Dia mengaku bahwa ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan kakaknya jadi ia tidak bisa mengatakan apa pun.

Jenaka yang mengenakan pakaian milik Pram, duduk bersama Iskandar memperhatikan proses interogasi. Pram sendiri sibuk menemani tim perwakilan Raden Ajeng untuk sidang besok.

Jenaka melipat kedua tangannya di depan. Iskandar berdiri dan duduk di meja sambil menghadap pemuda yang tengah duduk ketakutan di atas kurikayunya.

"Kamu dulunya juga ikut bekerja di kediaman Nyonya Kartika . Jika kamu tidak bisa bekerja sama maka saya harus melibatkan Nyonya Kartika di sini," ujar Iskandar.

"Tunggu dulu!"

Iskandar dan Jenaka menahan napas, apakah pancingan mereka berhasil? Mereka sengaja menggunakan nama mantan istri Raden Panji itu karena mereka memiliki kecurigaan bahwa Kepala Pelayan dan adiknya adalah mata-mata yang dikirim oleh Nyonya Kartika.

Untuk dua orang yang mengikuti Nyonya Kartika sejak awal kemudian berpaling begitu mudahnya agak sulit diterima ketika mereka juga diperlakukan dengan baik oleh sang majikan.

"Nyonya Kartika tidak terlibat apa-apa di sini. Saya dan Mas memang lah orangnya dulu. Saya masih ingin mengabdi untuk Nyonya Kartika tapi Mas melarang saya. Mas Rudi sudah lama meninggalkan Nyonya Kartika. Dia ... dia memiliki ambisi lain."

"Seorang kurir memiliki ambisi?" tanya Iskandar dan polisi lain di samping Jenaka mencatat semua tanpa tertinggal satu pun kata yang diucapkan oleh remaja laki-laki di depan mereka.

"Saya ... mengatakan yang sejujurnya. Saya tidak tahu apa-apa. Dan begitu juga Nyonya Kartika. Jika Mas terlibat maka itu adalah kejahatannya. Kami sudah lama berpisah jalan. Saya bahkan berniat untuk kembali bekerja untuk Nyonya Kartika dan meninggalkan kediaman Raden panji ketika saya sudah cukup usia nanti. Jadi tolong jangan libatkan Nyonya Kartika di sini."

Jenaka mengetukkan jarinya begitu juga Iskandar. Mereka berdua memberikan waktu untuk pemuda itu berpikir sejenak.

"Tapi kamu tahu keberadaan kakakmu?"

"Saya tidak bisa mengatakan saya tahu. Saya tidak yakin. Tapi saya bisa memberikan sebuah nama tempat. Jika Mas tidak ada di sana, saya tidak tahu lagi dimana keberadaanya."

Iskandar menunggu dengan sabar.

"Barataadem."

"Tempat pemandian air panas?"

"Iya, Mas sering diam-diam mengunjungi tempat itu. Katanya hanya pertemuan rutin kelompok pengikut Raden Panji. Saya pernah diajak beberapa kali tapi saya menolak karena saya ingin ke Batavia saja untuk mengabdi pada Nyonya Kartika."

Iskandar dan Jenaka berhasil mendapatkan sebuah nama tempat. Pram telah kembali dari pertemuannya dengan tim perwakilan Raden Ajeng. Ketiganya kembali bertemu di ruang kerja Iskandar setelah mereka selesai menginterogasi adik dari Kepala Pelayan itu.

Baratadem, sebuah penginapan yang hanya bisa digunakan oleh para priyayi atau orang-orang Eropa saja. Di sana terdapat pemandian air panas yang disukai oleh para Nona-Nona muda untuk memanjakan kulit mereka.

"Apa yang dilakukan seorang pelayan di tempat seperti itu?" tanya Jenaka.

Seorang pelayan melakukan pertemuan rutin di tempat yang hanya bisa digunakan oleh para priyayi dan orang eropa? Ada sesuatu yang mengganjal di sana.

"Jelas bukan untuk menikmati liburan atau melakukan pertemuan biasa. Melakukan pertemuan untuk kalangan buruh juga jongos di tempat mewah? Sangat tidak masuk akal. Ah, seorang jongos di tempat mewah ... terdengar seperti sebuah tempat yang tidak mungkin dicurigai oleh orang awam. Pria itu sepertinya bersembunyi di sana," jelas Iskandar.

Pram menggeleng. "Disembunyikan. Seorang pelayan bersembunyi di tempat mewah? Dari mana ia mendapatkan uangnya? Seseorang dengan uang menyembunyikannya di sana. Yang artinya ... kita semakin dekat dengan pembunuh Raden Panji yang sesungguhnya."

Iskandar dan Pram mengatakan bahwa mereka tidak bisa langsung menggeledah tempat itu. Tempat itu berada di bawah kekuasaan petingi Belanda. Kepolisian di Tanah Hindia masih belum sepenuhnya bisa menyentuh mereka. Yang ada mereka akan menekan para pribumi lebih jauh lagi. Mereka harus melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Iskandar memanggil salah satu anggotanya yang terpercaya.

"Begini saja, kita gunakan adik Kepala Pelayan itu. Dia akan berpura-pura menjadi kurir untuk salah satu orang penting yang menginap di sana. Jika memang Kepala Pelayan atau orang yang menginginkan kematian Raden Panji ada di sana mereka pasti mengetahui anak itu karena nama-nama yang terduga tersangka telah dipublikasikan. Mereka akan mendekati anak itu dan kita gunakan untuk melihat siapa yang merespon keberadaan anak itu. Anggota saya ini bisa berpura-pura menjadi seseorang yang menginap di sana."

Jenaka dan Pram tak banyak protes. Ia hanya akan mengikuti rencana Iskandar. Mereka membagi teknis rencana dengan detail. Jenaka dan Pram menunggu lebih lama di kantor kepolisian mengingat mereka akan langsung menjalankan rencana mereka malam ini juga. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk dibuang. Sidang Raden Ajeng akan dilaksanakan besok.

Sekarang mereka tinggal menunggu Iskandar mengajak adik Kepala Pelayan itu ikut dalam rencana mereka dengan perjanjian akan melepaskan Nyonya Kartika dari dugaan dan tidak akan menyambungkan semua kasus Raden Panji kepada wanita itu lagi.

Iskandar kembali dengan membawa berita bagus bahwa adik Kepala Pelayan itu setuju.

"Baiklah, Tuan Pram akan menunggu di dekat pintu masuk. Saya dan Jenaka akan menunggu di dalam ruang tunggu."

Awalnya Pram menolak karena ia tidak ingin menjalankan misi berpisah dengan Jenaka namun mengingat status pria itu yang merupakan seorang jaksa juga bagian dari orang Belanda, Iskandar dan Jenaka tidak ingin ada orang yang mengenali Pram. Itu akan mengacaukan rencana.

Jenaka mengikat rambut dan menyembunyikannya di balik topi milik Pram yang terlalu besar untuk kepalanya. Iskandar yang memiliki lingkar kepala lebih kecil pun meminjamkan topinya untuk Jenaka. Pram terlihat masam ketika melihat Jenaka mengembalikan topinya dan mengenakan topi pria lain. Dan ... Jenaka terlihat sama sekali tidak terganggu.

"Jenaka, kamu akan menghampiri dan mendaftarkan diri untuk masuk ke ruang perjudian. Kamu akan mendaftarkan tiga nama dengan alasan menunggu teman, kita bisa menggunakan ruang tunggu lebih lama. Itu adalah waktu kita untuk mengawasi keadaan. Kamu tak perlu khawatir, Saya juga akan meletakkan beberapa anggota untuk melindungi kita semua."

"Tuan Pram, Anda berjaga di dekat pintu. Jaga jika ada kemungkinan orang yang mencoba melarikan diri Anda juga akan ditemani oleh anggota."

Pram yang masih sedih Jenaka tidak mengenakan topinya mengangguk pelan.

Di waktu yang ditentukan, mereka pun pergi menuju Barataadem.

***

Jangan lupa tinggalin jejak vote dan komen yaaa! terima kasih!

Surat Untuk Jenaka (Complete)Where stories live. Discover now