2

50.2K 2.4K 14
                                    

Nio masih duduk berlutut di tempatnya sejak tadi. Mungkin sudah hampir tiga jam dia tak beranjak dari posisinya.

Nio terlalu takut untuk melakukan apapun, bahkan untuk bernapas saja dia sangat berhati-hati.

"Uhh ... Dingin," ucap bibir kecil Nio.

Sejak tiga jam, dia hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang tak memakai apapun.

Bragh!

"Kau-"

"Hah!"

Bragh!

Lucas kembali ke kamarnya dan dia masih tak mengerti mengapa pria kecil itu masih berada di sana!

"Jika kau bodoh, setidaknya kau tak tuli kan?!" sentak Lucas sambil menarik kasar selimut yang menutupi tubuh Nio. Sehingga tubuh bersih Nio terekspos saat itu.

Lucas menghela napasnya kesal. Demi apapun, dia sama sekali tak memiliki minat untuk melihat tubuh indah yang dimiliki oleh Nio. Akan tetapi ada satu bagian yang di tubuh Nio, yang mampu membuat perhatian Lucas teralihkan.

"Tu-an, ak-u mo-hon ... Maafkan ak-u. Ak-aku-"

"Keluar."

Lucas mengalihkan pandangan matanya ya g sejak tadi melihat kulit di atas rusuk kanan Nio.

Nio menggeleng. Bukannya dia tak mau pergi, dia justru sangat ingin pergi dari dalam kamar ini. Akan tetapi, dia tak bisa pergi begitu saja tanpa izin atau perintah dari Lucas dan juga Nyonya Clairton. Apalagi saat ini dia tak menggunakan pakaian apapun.

"Kau-"

"Ahhh ..." No melenguh saat tiba-tiba merasakan nyeri di perutnya.

Selama berada di tempat lelang, dia tak di beri makan, hanya air tanpa rasa saja yang membasahi perutnya. Jadi jika dijumlahkan, sudah genap tiga hari Nio tak memakan apapun. Lambungnya kosong.

"Menyusahkan!" desis Lucas.

Lucas menekan tombol di di remot kecil yang baru saja ia keluarkan dari sakunya. Dan tak lama setelah itu seorang pelayan tua datang dengan beberapa orang pelayan muda. Mereka membungkuk hormat ke arah Lucas.

"Singkirkan dia dari pandangan mataku." Sungguh sedingin itukah Lucas? Apa dia sama sekali tak memiliki rasa kasihan, ketika melihat kondisi Nio saat ini?

Para pelayan itu mengangguk. "Baik, Tuan.

"Tapi kemana kami harus membawa dia?" tanya kepala pelayan berusia lanjut itu.

Lucas tak mau ambil pusing dengan memikirkan Nio. Dan tentu saja dia sedang menahan keinginannya untuk membunuh pria itu dengan kedua tangannya saat ini. Untunglah sebelumnya By Clairton sudah memperingatinya untuk tak membunuh Nio.

Lucas melirik tajam ke arah Nio yang semakin pucat usai mengeluh nyeri perut. "Buang dia! Jauhkan dia dari jangkauanku!" Seru Lucas seraya mengeluarkan rokok dari sakunya. Dan kemudian menghisapnya.

Tak mau membuat Tuan muda mereka marah lebih lama, para pelayan segera membawa tubuh lemah Nio yang berlapiskan selimut untuk keluar dari dalam ruangan milik Lucas.

"Siapa namamu, nak?" tanya kepala pelayan prihatin.

Saat ini Nio sudah berada di paviliun yang dihuni para pelayan yang bekerja di mansion Clairton. Dia juga sudah diberikan sepasang pakaian untuk tubuh kecilnya.

"Na-namaku Nio, Tuan." Nio menjawab dengan nada takut takut.

Dia tak mengenal siapapun di sana, jadi wajar saja jika dia ketakutan di manapun dan dengan siapapun dia bicara.

Milik Tuan Lucas (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang