17

22.2K 1.3K 101
                                    

Dengan susah payah Nio akhirnya bisa meninggalkan ruangan Lucas. Dia membuat pria tempramental itu tertidur nyenyak setelah tiga jam lengannya harus enjadi bantal, agar Lucas merasa nyaman, aman, dan tenang.

Langit malam tak begitu indah malam itu. Tak banyak yang bisa Nio lihat dari tempatnya berdiri saat itu. Hanya bayangan bulan yang tak berbentuk lingkaran sempurna.

"Tuan Lucas, kau masih mengharapkan Michael." Nio tersenyum sendu ketika mengatakannya.

Tangannya ia arahkan ke bulan yang tertutupi awan. Seolah ingin menggapai bulan yang kesepian itu.

"Lalu aku? Bagaimana jika aku sudah mencintaimu semakin dalam?" tanyanya pelan. "Bagaimana dengan perasaanku?" lirihnya.

Tanpa sadar Nio menangis. Dia merasa tak berdaya di dalam posisi dan keadaannya.

"Aku bertekad untuk pergi dari sisimu, usai semua tugas dan janjiku kepada orangtuamu selesai, tapi kau membuatku tak bisa pergi darimu..." Nio menjeda kalimatnya. Menghirup dalam oksigen yang ia rasa semakin menipis di malam yang dingin itu. "Kau membuatku tanpa sadar menumbuhkan rasa cinta untukmu, Tuan ..."

Grep!

"Ehh?!"

Nio terkejut saat tubuhnya dipeluk secara tiba-tiba dari belakang.

Dan hal yang lebih mengejutkan adalah siapa sosok yang memeluknya.

"Dav... David?" Nio tak berusaha melepaskan pelukan itu.

David tak pernah mendekati atau berbicara lagi kepada Nio belakang ini, dan Nio yang juga merasa rindu kepada sosok pria alpha ramah itu.

Mereka diam dalam posisi itu. Cukup lama, hingga David yang berinisiatif melepaskan pelukannya.

"Nio..." David memanggil Nio.

Nio melihat ke dalam pupil mata David. Benda bulat yang memancarkan wana hazel itu seperti cermin di kegelapan malam tanpa bintang. Nio bisa melihat refleksi dirinya di dalam sana.

"Kau tahu tentang rencanaku dan Gabriel kan?" tanya David sambil meraih tangan Nio untuk ia genggam.

Nio mengangguk. Tapi jujur saja, Nio tak mengira jika David dan Gabriel akan benar benar pergi meninggalkan mansion ini. Nio tahu, walaupun David dan Gabriel mengucapkan sumpah kebencian untuk para Clairton, tapi jauh di dalam lubuk hati mereka, keduanya begitu terikat dengan keluarga Clairton.

"Nio," David mengusap punggung tangan Nio.

"Apa kau ingin ikut bersamaku dan Gabriel?"

Pertanyaan David membuat Nio bergetar. Bola matanya ikut bergetar dan berpendar.

"Apa kau ingin meninggalkan tempat ini untuk selamanya?"

"Nio, kau tahu ... Ya aku tahu kau pasti sudah tahu." David menghapus jarak antara dia dan Nio. Dia membawa Nio sangat dekat dalam jangkauannya. Sehingga dia bisa berbisik di telinga pria omega itu.

"Aku mencintaimu... Aku mengagumimu... Aku ingin membuatmu bahagia..." Walau dengan suara yang luar biasa lirih, Nio mampu menangkap semurni apa ucapan David itu.

"Dav ..." Hati Nio tersentuh. Tetes tetes air mata kembali jatuh dari mata bulatnya.

David melihat Nio, jemarinya menghapus jejak air mata Nio dengan gerakan pelan. Lalu tangannya mengusap pipi Nio yang mulai dingin.

"Aku membuat janji kepada diriku sendiri. Aku akan membuatmu bahagia, aku akan membawamu kepada kebebasan... Dan semua itu tak akan kau dapatkan di tempat ini, kan?"

"Dav, aku-"

"Nio..." David menggeleng dengan menempatkan jari telunjuknya di depan bibir Nio, meminta agar Nio tetap diam untuk saat itu.

Milik Tuan Lucas (BL)Where stories live. Discover now