6

36.2K 2.1K 34
                                    

Pagi itu sebelum semua orang terbangun, Nio telah lebih dulu terbangun.

"Usiaku akan semakin bertambah..."

Di depan cermin di dalam toilet, Nio menyentuh permukaan perutnya yang sangat rata. Seolah hanya ada kulit tanpa daging apalagi lemak di daerah itu.

Semalam Nio bermimpi, di dalam mimpinya, dia mengalami sesuatu yang mengerikan dan menyedihkan.

"Apa aku akan tetap bisa hamil walau aku semakin tua nantinya?"

Bukan semata mata Nio berkata seperti itu, dia berkata demikian karena dia tahu, Lucas tak akan dengan mudah menyentuh sampai menghamili Nio dalam waktu yang dekat. Tak masalah mungkin jika bagi Lucas.

"Tuan Lucas masih sangat muda, tapi tidak denganku..." Nio berujar pelan.

"Bagaimana jika aku tak bisa hamil nantinya? Apa mereka akan tetap melepaskan ku suatu saat nanti?"

Brak-

Nio terkejut saat pintunya dibuka. Itu salahnya sendiri karena tak mengunci pintu. Tapi syukurlah yang masuk adalah Gabriel yang sepertinya baru bangun tidur.

"Sedang apa kau?" Gabriel bertanya sambil berjalan ke sisi Nio. Dia menghidupkan kran air dan mulai membasuh wajahnya.

"Ti-dak..." Nio kikuk. Pasalnya Gabriel melihatnya ketika Nio sedang mengusap perutnya.

Gabriel melirik perut Nio. "Kau belum hamil kan?" tanya Gabriel pelan.

Nio gelagapan dan langsung menggeleng untuk menyangkal. "Tentu tidak! Bagaimana aku hamil saat Tuan Lucas bahkan belum-"

"Hentikan."

Gabriel memotong ucapan Nio. Mata pria itu melirik ke arah perutnya sendiri lalu mengusapnya, sama seperti yang Nio lakukan sebelum ini.

"Aku omega sama sepertimu. Tapi aku tak bisa hamil." Tiba tiba saja Gabriel berkata.

"Hah?" Nio yang merasa jika semuanya sangat tiba-tiba mendadak menjadi bingung dengan ucapan Gabriel.

Gabriel mengalihkan pandanganya kepada Nio. "Rahimku diangkat. Tragedi itu membuatku tak bisa mengandung anak untuk Tuan Lucas."

Nio kembali speechless. 'Kenapa semakin banyak hal yang sama sekali tak kupahami di sini? Semuanya terlihat makin rumit.'

"Siap-siap dan jangan terlambat membangunkan Tuan Luc-"

"Gab, tunggu!" Nio menahan tangan Gabriel saat pria itu akan meninggalkan toilet.

"Apa?" Dengan raut wajah kosongnya, Gabriel menyentak Nio. Dia melepas paksa tangannya dari cekalan Nio.

"Jangan menanyakan hal yang kubenci, Nio. Dan ya, jangan mengira jika kita adalah teman." Gabriel menatap dingin.

Nio menggelengkan kepalanya usai melihat bagaimana cara Gabriel melihat Nio sebagai seorang musuh yang asing ketimbang teman.

"David, dia tinggal di sini sejak kecil. Dia pasti tahu tentang segala hal yang ingin kutanyakan ini." Nio mengangguk.

"Aku akan menemuinya nanti sore."

Setelah bersiap, Nio segera melenggang pergi ke mansion utama dengan tujuan kamar milik Lucas.

Seperti biasa, dia mengetuk pintunya sebanyak tiga kali dan masuk setelahnya.

"Tuan?"

Nio mendekati ranjang Lucas. Tapi tak ada siapapun di atasnya kecuali seprei dan selimut yang berantakan.

"Kemana Tuan?"

Brak-!

"Eh? Tu-an. Maaf apa aku terlambat membangunkanmu? Maaf aku tad-"

Milik Tuan Lucas (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang