19

22.9K 1.3K 191
                                    

"Nio..."

"Maaf ... Maaf .... Maaf Nio..." Lucas menciumi punggung tangan Nio sejak tadi.

Nio tersenyum kecil. Dan senyuman itu seharusnya tak keluar di saat dirinya terluka seperti ini.

Karena itu jauh membuatnya terlihat,  menyedihkan.

Walaupun Roger telah menjahit dengan benar bekas oprasi pemasang chip pada tubuh Nio, tapi tetap saja, bekasnya pun masih basah dan terasa sakit saat tersentuh.

"Tuan Lucas..." Nio mengusap kepala Lucas.

Lucas yang menangis bak anak kecil semakin tak bisa membendung air matanya. Dia benar benar menjadi cengeng di hadapan Nio.

"Aku yang sakit, tapi kau yang terus menangis..."

Nio ingin bergurau. Dia ingin melupakan rasa sakit yang menyerangnya saat itu. Tetapi Lucas tak memiliki selera untuk itu.

"Jika saja mereka bukan orangtuaku. aku akan menghabisi-"

"Tuan... Jangan katakan hal seperti itu! Jangan..." Nio membingkai wajah Lucas dan melihat tepat ke dalam bola mata Lucas.

"Jangan pernah menyakiti orangtuamu walau mereka sekejam apapun. Berjanjilah padaku." Nio meminta tangan Lucas untuk membuat janji.

"Ha-hahaa! Nio, apa kau bisa berhenti menjadi baik? Bahkan kurasa malaikat tak ada yang benar benar sebaik dirimu!" Lucas mencibir Nio.

Nio diam tak membalas lagi. Pikirannya kembali ke saat Alexandria menanamkan chip peledak di dadanya. 'Walau menyakitkan, tapi aku akan selalu berada di sisi Tuan Lucas... Ha ... Hahaha ada apa denganku?' Batin Nio.

***

Plak!

"Puas kau?!"

"Hiks... Hiks ... Sekarang kita tak akan bisa keluar dari tempat ini untuk selamanya... Hiks ..." Tangis Gabriel menengahi perang tatapan mata antara David dan Jean.

Dugh!

Dugh!

Biarkan David meluapkan amarahnya kali ini.

David memaki Jean, menyalahkan semua yang terjadi karena keegoisan Jean.

"Kau tak memiliki hati, Jean!" David menekan kuat kuat bibir dalamnya. Pria alpha itu juga menangis. Terasa sangat sakit sampai tak lagi memiliki rasa apapun, begitulah yang David rasakan.

Usai David tahu semuanya terjadi atas keinginan Jean kepada Andro dan Alexandria, mulai detik itu pula, Jean masuk ke dalam daftar orang yang David benci di dalam hidupnya.

"Kau menghancurkan semuanya... Hiks ... Apa kau tau itu Jean? Hiks... Jean, kenapa kau seperti ini?" Gabriel memeluk Jean, omega itu masih menangis tanpa henti. Tangannya yang mengepal, ia gunakan untuk memukuli dada Jean, tapi tentu saja Jean tak merasakan sakit dari pukulan Gabriel yang tak bermakna itu.

"Ka-u... Hiks... Kau bukan Jean yang aku kenal! Hiks... Kau bukan Jean!" Gabriel mendorong tubuh Jean dan kemudian omega itu berlalu dan menghambur ke dalam pelukan David, sahabatnya.

"Hiks... Hiks... Dav, sekarang bagaimana? Hiks... Hiks ... Aku merasa sangat bersalah kepada Nio..
Nio..." Gabriel tak pernah merasa sangat bersalah kepada siapapun di dalam hidupnya, dan untuk pertama kalinya, kini dia merasa menjadi salah satu manusia jahat yang sudah membuat hidup Nio bergantung di tangan wanita kejam bernama Alexandria itu.

"Nio..." Air mata yang David keluarkan saat itu terasa sangat dingin, ketika dia menyebut nama Nio dengan suaranya yang parau.

David melepaskan pelukan Gabriel, tanpa mengucapkan apapun, dia segera berlari ke tempat di mana Nio berada.

Milik Tuan Lucas (BL)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu