18

26K 1.5K 225
                                    

Jean ambruk di hadapan Andro. Lututnya menekuk di atas lantai dengan keringat dan wajah yang berantakan karena tangisnya sendiri.

"Jean?!" Andro yang baru akan menutup matanya terkejut melihat kehadiran pria alpha itu di dalam kamarnya. Apalagi saat itu Alexandria tak ada di sana.

"Apa yang kau-"

"Astaga! Jean kau mimisan!" Keterkejutan Andro tak menarik perhatian Jean.

Jean menepis tangan Andro yang ingin memapahnya berdiri.

"Je-an? Ada apa? Kau -"

Shrunk!

Jean bersujud di hadapan Andro.

"JEAN!" Andro tak suka saat Jean terlalu merendahkan dirinya seperti saat ini.

"Jean! Jangan bersujud padaku! Hei!" Andro terus berusaha membuat Jean menyingkir dari kakinya. Namun tenang Andro tak sekuat Jean.

"Tuan, aku akan terus mengikuti perintah mu dan Nyo-nya, asalkan kau bisa menjanjikan satu hal kepadaku." Jean mengangkat kepalanya.

"Apa? Sebutkan apa yang kau mau dan berhenti bersikap seperti ini Jean! Kau-"

"Tuan!" Jean memotong kalimat Andro.

Wajah Jean yang sudah basah oleh air kata bertatapan dengan wajah Andro dengan penuh guratan kekhawatiran.

"Aku akan menjadi objek penelitian yang Nyonya inginkan. Aku akan memberikan seluruh hidupku untuk kau dan Nyo-nya. Kalian berhak atas tubuhku. Aku tak akan meminta kebebasan lagi..." Jean kembali tertunduk. Tiba tiba lidahnya menjadi Kelu.

"Jean..." Andro melirih. Tubuhnya perlahan meluruh ke lantai, bersebelahan dengan Jean.

Sosok Jean di mata Andro semakin jelas. Saat itu Andro kembali tertampar oleh kenyataan yang ada.

"Jean maaf-" permintaan maaf Andro Jean tahan.

Jean meraih tangan Andro dan meletakkannya di atas kepalanya. Sambil menatap wajah Andro, Jean mulai membuka sebuah pintu rahasia yang terlalu besar untuk semua orang.

"Aku tak masalah saat kau dan Nyonya melakukan seluruh eksperimen dan penelitian itu padaku. Sepuluh tahun ini atau bahkan selamanya, aku tak masalah..."

"Jean cukup... Hentikan ..."

"Hiks... Hiks ... Hiks ..." Isakan lirih keluar dari celah bibir Andro.

Jean memejamkan matanya sejenak. "Sejak dulu aku hanya diam dan menuruti keinginan kalian. Aku diam dan terus diam wala aku sangat terluka-" sekali lagi Jean menjeda ucapannya.

Mendnegar suara Jean tak lebih sakit bagi Andro. Perasaan bersalah itu kembali muncul.

"Ini adalah pertama kalinya aku meminta kepadamu... Tolong, jangan biarkan David dan Gabriel pergi, Papa ..."

***

"ANDRO! APA YANG TERJADI?!"

Suasana di dalam kamar itu menjadi semakin mencengkram saat Alexandria datang dan mendapati suami yang begitu ia cintai terkulai lemas di atas ranjang dengan pergelangan tangan yang tersayat.

"Andro..." Alexandria merebut tempat di samping Andro yang sebelumnya di duduki oleh David.

"Andro ... Kenapa? Kenapa kau melukai dirimu?!" Alexandria mencoba menahan suara kerasnya kepada Andro.

Andro yang masih lemas karena cukup kekurangan banyak darah menggeleng pelan. Lalu dia menunjuk ke arah David yang masih tertunduk.

"Jangan biarkan David pergi, Alexa. David ..." Andro mencoba meraih tangan David. "David dan Gabriel tak boleh meninggalkan mansion ini." Suara pelan nan lirih Andro nyatanya mampu membuat rencana besar yang sudah David dan Gabriel rancang menjadi hancur berantakan.

Milik Tuan Lucas (BL)Where stories live. Discover now