14

28.1K 1.5K 28
                                    

"Tempat apa ini?" bisik Nio kepada dirinya sendiri.

"Laboratorium." Lucas tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, sehingga Nio menubruk punggung keras milik pria alpha itu.

"Eh? Tuan kenapa berhenti?" Nio kebingungan. Dia mengintip ke depan dan semua orang masih berjalan memasuki lorong besar yang Lucas sebut sebagai laboratorium itu.

"Kemari kan tanganmu." Tangan Lucas menunggu Nio menyambut tangannya.

"Ck! Kenapa kau sangat lama?!" Lucas yang tak pernah sabar itu tanpa pikir panjang langsung mengaitkan tangannya dan tangan Nio.

Mereka berdua berjalan saling bertautan tangan di belakang semua orang yang sudah lebih dulu memasuki bangunan di ujung lorong ini.

Jean memimpin jalan, seolah dialah yang paling semangat. Lalu di belakang Jean ada Andro yang di apit oleh Alexandria dan David.

"Tuan, kenapa tak mengajak Gabriel?" Nio iseng bertanya.

"Semua orang ikut, bahkan Jean juga memintaku ikut."

"Gabriel masih sakit, aku yang tak mengizinkan dia ikut." Tanpa menoleh kepada Nio, Lucas menjawab.

'Tuan sangat menjaga Gabriel, ya ... Kenapa aku merasa sedikit sedih?' Batinnnya.

Sebuah pintu besar yang terbuat dari besi baja dengan tanaman alat-alat canggih sudah ada di hadapan mereka.

"Hubungi Roger, kita sudah datang." Alexandria memicing menatap Lucas.

Lucas mengambil ponselnya dan mulai menghubungi seseorang bernama Roger. Tak menunggu waktu yang lama pintu besi itu terbuka saat Lucas menyelesaikan telepon nya.

"Woah ..." Nio tahu dia terlalu kampungan tanpa tahu apa-apa. Tapi isi di dalam pintu besi itu adalah sesuatu yang tak pernah Nio lihat seumur hidupnya.

'Semuanya sangat canggih...'

'Apa, apa yang terbang itu sejenis robot?'

Ada banyak hal yang menarik perhatian Nio. Sehingga Lucas menjadi terusik. 'Ck! Aku tak suka saat perhatian nya teralihkan seperti ini.'

Dap

Dap

Dap

"Selama datang Nyonya dan Tuan. Dav, Jean, Lucas ... Dan?" Seorang pria setinggi Alexandria keluar dari pintu besi itu dengan robot-robot yang mengikutinya.

Pria berkacamata itu mengarahkan pandangannya ke Nio. Nio yang paham langsung memberikan namanya. "Nio, Niovan." Nio menjawab ramah.

'Sht! Kenapa di terlalu ramah?!' Batin Lucas yang semakin mengencangkan pegangan tangannya dan Nio.

"Ohh ..." Pria berkacamata itu mengangguk.

"Aku Roger, Salam kenal Nio." Pria berkacamata itu ternyata tak kalah ramah dari Nio.

'Dia terlihat baik,' ucap Nio dalam hati.

"Roger!" Alexandria menginterupsi.

Pandangannya yang selalu dingin itu membuat Roger bergidik ngeri di tempatnya.

"Ah... Maaf nyonya, aku hanya sedikit menyapa. Ayo... Ayo masuk." Roger memimpin jalan.

Namun sebelum itu Lucas masih diam di tempatnya dengan Nio yang ia genggam erat.

"Tuan? Ayo masuk?" Nio mencoba menarik Lucas. Tapi tubuh Lucas yang besar tentu tak akan mudah Nio geser.

"Aku tak akan masuk." Suara datar Lucas mengalihkan perhatian semua orang.

Milik Tuan Lucas (BL)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora