017. Mad and dissapointed

2.3K 138 0
                                    

Kanaya melangkah kasar meninggalkan lorong menuju tempat acara yang sedang berlangsung.

Dengan napas memburu Kanaya berjalan cepat menyusuri kerumunan orang hingga beberapa dari mereka tanpa sengaja telah tersenggol oleh gadis itu.

"Hey hati-hati!" pekik seorang wanita tua tampak marah.

Kanaya tidak menghubris pekikan itu.

"Dasar anak tidak sopan!"

Gadis itu kalang kabut. Hatinya sangat panas dan seolah akan meledak. Dirinya ingin mencari orangtuanya namun sialnya mereka tidak terlihat dimana-mana.

"Sialan!" Kanaya menatap nyalang sosok Rinjani yang sedang berbincang dengan orangtuanya di aula. Dirinya langsung berjalan ke arah wanita berambut pendek itu lalu mendorong tubuhnya kuat hingga Rinjani terjatuh.

Brugh!

Semua tamu terpekik kaget menyaksikan tindakan Kanaya.

"WANITA SIALAN!!" teriak Kanaya.

"Kanaya!" pekik Reyhan marah.

Plak!

Reyhan menampar putrinya yang sudah tidak sopan itu. "Apa yang kau lakukan pada Bu Rinjani ha?"

Kanaya menatap Reyhan tidak percaya. Satu tangannya naik mengusap pipinya yang sudah ditampar.

"Kanaya, kamu kenapa?" Nina memegangi kedua pundak Kanaya dan menatapnya cemas.

"Bu Rinjani. Maafkan anak saya. Maafkan perlakuan anak saya yang tidak sopan."

Kanaya semakin kesal mendengar ayahnya meminta maaf pada Rinjani.

"Argh!!"

Ditepisnya kedua tangan ibunya lalu gadis itu berlari pergi dari sana. Percuma dirinya bicara, karena Reyhan tidak kan mendengarkannya jika sedang marah. Bahkan pria itu malah meminta maaf pada Rinjani.

"Kanaya! Tunggu!"

Tepat di pintu keluar, Kanaya menghentikkan langkahnya begitu mendengar panggilan itu. Ia tatap Sean yang sedang berlari kearahnya.

"Lo mau kemana? Dan kenapa tadi lo dorong bunda di aula?" tanya Sean heran.

"Diam lo. Jangan ikutin gue."

Setelah mengatakan itu Kanaya kembali melanjutkan langkahnya. Saat menaiki lift, ia mengetikkan pesan pada Zean.

Datang ke taman sekarang.

......

Drtt.

Zean menghentikkan aktivitas menggambarnya begitu mendengar dering ponsel di sebelahnya. Ia pun meraih benda pipih tersebut dan mengecek pesan masuk.

Kanaya.

Datang ke taman sekarang.

Zean sontak mengernyit. Untuk apa malam-malam Kanaya memintanya bertemu ditaman?

Ia hendak menanyakan alasannya namun Kanaya sudah tidak aktip lagi.

Tatapan Zean pun beralih pada gambar wajah seseorang yang hampir selesai ia gambar.

Bibirnya mengungging memerhatikan wajah cantik di kertas. Zean berniat menghabiskan waktu malamnya untuk menggambar wajah Kanaya dan memberikannya pada gadis itu sebagai hadiah nanti.

Ya, Zean memang berbakat dalam hal menggambar sketsa wajah menggunakan pensil-pensilnya itu.

Dan bicara tentang Kanaya, entahlah. Gadis itu memang cukup aneh. Namun dilain sisi cukup berkesan.

Silent Love (END)Where stories live. Discover now