23

2K 117 4
                                    

Happy reading 🌛

Tok tok tok.

"Sebentar bunda buka dulu ya pintunya, mungkin itu Faisal."

Sina membuka pintunya dan benar saja itu Faisal, terlihat ada dua buah plastik di kedua tangannya.

"Ini buk makanan nya." Vina mengambil kantong plastik itu.

Dan langsung masuk, di ikuti Faisal. Faisal terkejut melihat Afgan yang menangis tersedu-sedu,

"Maaf... saya teh lancang mengganggu urusan pribadi keluarga ini. Tadi sewaktu saya nunggu antrian, saya teh denger ada dua orang yang nyebut nama den Gabriel, den Darren dan den Saka, mereka teh kayak kesenangan gitu bisa berhasil membuat kalian takut dan cemas."

"Mang mamang tau siapa orang itu?." Afgan bangkit dari duduknya memegang kedua bahu Faisal.

"Maaf... saya teh gak tau orang nya, saya juga gak liat." Afgan melepaskan pegangan nya di bahu Faisal.

Prangg!!.

Suara jendela pecah menggema di seluruh ruangan membuat mereka semua tersentak melihat kearah jendela.

Terlihat Bongkahan batu dengan kertas menempel pada batu, Darren dengan pelan mengambil batu itu membuka kertasnya dengan pelan, semua yang berada di ruangan itu penasaran dengan isi kertasnya.

13.1.20.9.

"Apa isi nya, Darren?."

Darren menunjukan tulisan itu kepada semua orang yang berada di situ, termasuk Faisal. Afgan dengan mengambil kertas itu dari tangan Darren.

"Apa arti angka ini." mereka semua menggeleng kecil.

Afgan tidak sengaja melihat tulisan kecil  sangking kecilnya orang yang memiliki bola mata normal tidak dapat melihat nya.

"Tunggu ini ada angka kecil di bagian bawah."

Afgan meminta bolpoin pada Gabirel, dengan sigap Gabriel mengambil bolpoin nya.

Afgan menulis dengan pelan agar dirinya tidak salah menulis angka, karena tulisan itu terlalu kecil hingga dirinya saja hampir tidak melihat nya.

10.9.14.13.1.23.1.18.14.15.C.

Afgan menunjukkan tulisan angka dan satu huruf itu kepada orang yang berada disitu.

"Gan, lebih baik kita kekantor ku saja. tidak baik bagi kesehatan Gabirel, Gabriel bisa stres dengan masalah ini." Bisik Darren ke Afgan dengan pelan Afgan mengangguk kecil.

"Bun, Mah, aku mau kekantor, aku titip Gabirel." Sina dan Vina mengangguk setuju, mereka juga khawatir jika Gabriel bisa stres dengan masalah ini.

"Maaf! saya lancang bagaimana jika saya bantu den Darren dan Afgan?."

Darren dan Afgan saling memandang, lalu mengangguk. Mereka keluar meninggalkan Vina, Sina dan Gabriel. Elang dan Zitlan memang tidak berada di sana karena ada urusan kantor.

.
.
.
.

Ruangan itu tampak gelap Karena hanya memiliki satu bola lampu yang menerangi meja itu, terlihat 3 tiga orang sedang memikirkan angka-angka yang mereka dapatkan tadi.

Headmaster [BL]Where stories live. Discover now