Chapter 06 🌻

1.3K 126 14
                                    

Malam ini hujan begitu deras hingga suara petir saling bersahutan satu sama lain hingga menimbulkan cahanya di langit malam yang begitu gelap.

Kana baru saja menyelesaikan acara ritual mandinya dengan tubuh yang hanya terlilit dengan Bathrobe tanpa pakaian dalam pun pergi ke arah dapur untuk mengambil beberapa cemilan dan segelas susu sebagai teman menonton film di ruang Tv.

Sedangkan Mew sibuk dengan tumpukan Email yang masuk ke dalam laptopnya yang harus ia periksa satu persatu.

Mew yang tengah duduk di sofa mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Melirik sekilas melihat Kana tengah berjalan kearahnya dengan kedua tangannya yang penuh dengan makanan.

" apa yang sedang kau bawa ke ruangan ini."

" cemilan dan segelas susu."

" tidak baik makan cemilan di saat sudah malam seperti ini. Tidak baik untuk kesehatan mu."

" presdir."

" ya."

" apa sikap cerewet presdir juga berimbas pada Nyonya Davi??"

" apa maksud mu." Mata fokus pada Laptop.

" jujur saja aku rasanya risih dengan ocehan yang selalu keluar dari mulut presdir. Apa lagi presdir selalu melarangku untuk ini dan itu. Apa presdir tak lelah mengomel setiap hari seperti ini. Baru saja dua hari bersama presdir rasanya gendang telingaku ingin pecah karena mendengar celotehan presdir setiap saat."

Tap!

Mew menutup laptopnya kasar. Menatap tajam kearah Kana hingga membuat Kana diam membeku dengan tubuh bergetar.

" apa sudah selesai bicaranya." Mew mendekat kearah Kana dengan tatapan ingin membunuh.

" p-preadir." Gugup Kana.

" bukankah ini yang kau mau untuk saya tetap berada di samping mu. Saya hanya ingin yang terbaik untuk calon penerus saya yang akan tumbuh di dalam rahim mu. Jangan terlalu berharap besar untuk saya menaruh hati padamu karena sikap possesive saya ini. Ini semua demi calon keturunan saya yang akan hidup di dalam rahimmu. Jadi bersikaplah penurut selagi kau masih berada di samping saya. Apa kau mengerti."

" ya. Ya-presdir." Gugup Kana namun entah kenapa hatinya terasa begitu sakit saat mendengar apa yang baru saja Mew katakan padanya.

" bersiaplah di dalam kamar mu. Saya tidak ingin membuang waktu terlalu lama seperti ini. Masa subur mu akan segera berakhir."

" ya presdir." Kana pergi menuju ke arah kamarnya lagi.

Hujan di malam ini akan menjadi saksi bisu atas kehancuran dirinya. Dirinya akan menghilang bak di telan bumi saat hari itu tiba dalam hidupnya. Hujan yang akan membawa harapan kelam untuknya. Hujan yang akan menjadi tangisannya yang tak nampak.

Kana mulai membuka Bathrobe yang melindungi tubuh putih mulusnya. Duduk di atas ranjang menantikan kehadiran Mew datang untuk memeluk dirinya.

Pintu kamar terbuka dengan suara yang begitu menyayat hatinya. Di sana! Di hadapannya Mew sudah membuka seluruh pakaian yang ia kenakan tadi.

Glup!

Kana menelan ludahnya kasar, tubuh besar dengan pahatan sempurna ada di hadapannya saat ini. Betapa menakjubkannya tubuh indah itu bagi Kana yang terus saja merangkak di atas ranjang untuk meraih dirinya.

" berbaringlah."

Tak ada sahutan hanya tindakan yang Kana lakukan sesuai permintaan Mew.

Mew menatap tubuh putih mulus tanpa cacat tengah berbaring indah di atas ranjang sedang menantikan dirinya. Tak pernah Mew bayangkan bahwa Kana memiliki tubuh indah seperti yang ia lihat saat ini.

Surrogate Mother || MewGulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang