Reon Rykaizan Arjuna

17K 1.3K 22
                                    

(🌻)

Kata orang-orang Reon itu menakjubkan, si otak jenius dengan hati bagaikan malaikat.
Menjadi direktur utama di perusahaan Revormacorp di usianya yang masih sangat muda, 21 tahun.

Sejak awal memasuki bangku kuliah, Reon Rykaizan Arjuna memang memiliki target untuk lulus cepat. Dengan usahanya yang maksimal, lulusan Manajemen Bisnis, Ia berhasil meraih gelar sarjana dalam waktu 2 tahun 10 bulan. Tentu saja hal tersebut menjadikan Reon sebagai wisudawan dengan lulus tercepat.

Bukan apa, selain karna ia harus fokus menggantikan ayahnya menjadi direktur utama. Reon juga ingin membiayai putra kecilnya dengan jerih payahnya sendiri, merasa tanggung jawabnya lebih besar. Reon memanfaatkan kejeniusannya untuk lulus dengan cepat dari bangku kuliah, meninggalkan teman-temannya yang masih harus menuntaskan kuliah dalam jangka waktu 2 tahun lagi.

Siapa yang tidak bangga, Septian sebagai ayah dari Reon sangat terpukau. Dengan adanya Belva didalam kehidupan Reon membuat anak itu menjadi sosok dewasa dan bertanggung jawab.

Sayangnya, Reon masih enggan untuk memiliki pendamping. Jika ada yang bertanya kapan Ia akan menikah, Reon selalu menjawab. “Kesayangan gue belum minta ibu.”

Sesayang apa Reon pada putra mungilnya? Tidak bisa di ibaratkan, terlalu besar dan terlalu sulit untuk di ungkapkan.

Di usia mudanya yang sudah disibukkan dengan perusahaan dan mengurus anak seorang diri. Tidak membuat Reon mengeluh atau bahkan menyesal, justru Ia tampak bahagia, Menjadi direktur utama adalah cita citanya, cita citanya ketika pertama kali Ia menemukan si kecil, Belva. Reon ingin menjadi Direktur utama seperti ayahnya, agar ia bisa membahagiakan Belva seperti Septian membahagiakan dirinya semasa kecil.

(🌻)


Bocah bertubuh gempal berlarian di lobi kantor milik sang ayah. Membuat para karyawan yang melihatnya memekik gemas. Tas biru bergambarkan karakter tayo terpasang rapi di punggungnya. Diikuti oleh kepercayaan ayahnya yang tampak menahan gemas sama seperti karyawan lain. Namun, dirinya lebih beruntung ketimbang para karyawan yang hanya bisa melihat kegiatan menggemaskan si anak, berbeda dengan dirinya yang bisa kapan saja mencium dan mencubit gemas, putra dari bosnya itu.

"Hello, dear." Di depan lift sosok sang ayah telah berdiri menyambut kedatangan sikecil.

"Papa!" Bocah berusia 4 tahun itu menjerit senang ketika papanya tersenyum dengan tangan merentang, memberi sinyal agar si anak segera berlari kepelukannya.

Farhan, Sahabat sekaligus kepercayaan Reon hanya merotasikan bola matanya malas melihat adegan romantis antara Ayah dan Anak itu. Bukan tanpa sebab, Ia hanya tidak mau kembali teringat pada sosok putra kecilnya yang telah lama meninggal akibat, penyakit baru-paru basahnya. Melihat anak Reon saja Farhan selalu teringat kepada anaknya. Apalagi melihat adegan antara Reon dan Belva, sungguh Farhan merasa iri.

"Bang, Thanks ya udah jemput anak gue." Suara Reon mengembalikan Farhan kedunia nyata, meninggalkan lamunannya yang membuat Farhan kembali terluka.

"Santai aja, Re. Omong-omong tadi gue ketemu bokap lo, katanya ada si nadine di rumah. Lo balik ngantor langsung kerumah om tian aja."

"Yang dicari si Nadine itu anak gue, bukan gue." Ujar Reon yang masih setia memeluk bocah gempalnya sesekali mencium puncak kepalanya dengan gemas.

Mendengar ucapan Reon, Farhan lantas tertawa.
"Ya,.makanya itu bokap lo nyuruh mampir, biar mereka bisa ketemu si gendut. Mereka mana sudi ketemu sama lo."

"Astagfirullah, masih ada Belva! baru aja gue mau ngomong kasar."

Farhan tertawa seraya menjauhkan diri dari atasannya itu, melangkah meninggalkan Reon yang sudah menggendong Belva dengan wajah kesal.

"Papa jelek." Ujar si anak.

"Kok jelek, papa ini ganteng sayang."

"Papa itu jelek kalo malah kaya englibet." Belva mendongak menatap wajah ayahnya dengan wajah menggemaskan, Reon gemas yatuhan.

Kedua telunjuk Belva menarik sudut bibir Reon ke atas, membuat ayah muda itu langsung mengembangkan senyumnya.

"Kesayangan, papa banget." Kata Reon lalu menyedot pipi gembil putranya dengan mulut, membuat Belva memekik marah. Belva menggigit hidung ayahnya tanpa ragu, Reon berteriak kesakitan, itu refleks namun mampu membuat para karyawannya berlarian mendekat kearah Reon yang masih meringis dan Belva tertawa kencang.

Jangan lupakan jika anak kesayangannya ini seorang bocah penipu. Tampangnya memang manis dan membuat orang gemas tapi kelakuannya membuat orang harus sering-sering mengucap Istigfar.

TBC



BelvaWhere stories live. Discover now