04.

14.8K 1.1K 45
                                    

naik naik kepuncak dunung tingi tingi sekali kili kanan kulihat saja banyak pohon cemalaaaaaa~”

kiliiiii kanan kulihat sajaaa banyakk pohon cemalaaaa...Yeayyy.”

Di undakan tangga paling atas, Reon menatap buah hatinya dengan geli. Anaknya bernyanyi sambil di suapi bubur oleh Aminah. Masih memakai baju kuda poni berwarna pink pemberian Septian.

Reon terkekeh,

Membayangkan kejadian kemarin malam saat dirinya pulang dari kantor, Reon disambut ceria oleh sang anak yang tengah di pangku oleh kakeknya. Septian tampak cemberut mengadu pada Reon jika dirinya di marahi habis-habisan oleh Aeni karna membelikan baju tidur warna pink untuk Belva.

Reon terbahak mendengar penuturan ayahnya, lalu mengambil alih putranya yang tampak lebih menggemaskan dengan baju tidur kuda poni itu.
Ya, papa ada-ada aja sih. Masa anak laki dibeliin baju kuda poni, mana warnanya feminim banget lagi.” Septian semakin prustasi, kata-kata Reon sama persis ketika Aeni mengomeli Septian sebelumnya.

Sungguh lucu keluarganya itu, tidak Aeni, tidak Septian. Selalu saja membuat lelucon natural ketika Reon mengungsikan Belva kerumah orangtuanya. Ada saja cerita lucu yang membuat rumah itu selalu tampak hangat.

"Selamat pagi jagoan, papa."

Reon memeluk tubuh putranya dari belakang. Dengan gemas, ia menciumi tengkuk sang anak yang tampak berisi.

Walaupun belum mandi, tubuh Belva masih mengeluarkan aroma wewangian khas bayi, minyak telon yang paling dominan serta wangi minyak rambut putranya yang semakin membuat Reon mabuk kepayang.

"Selamat pagi papaa."

"Mas, sarapan dulu."

Reon memangku Belva lalu duduk di kursi meja makan dengan penampilan yang masih semeraut. Tidak masalah sih, karna ketampanan Reon masih terpancar walaupun Papa satu anak itu masih terlihat muka bantal sekali.

"Nanti aja, Bi. Saya mau nyuapin Belva dulu." Kata Reon yang tengah mengusak wajah putranya dengan gemas. Sedangnya Belva hanya mengalungkan lengan pendeknya di leher sang papa.

Aminah mengangguk, menyerahkan mangkuk bubur berwarna biru kehadapan Reon, lalu berpamitan kebelakang, untuk menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk.

"Aaaa~" Reon mulai menyuapi sendok bubur kedalam mulut sikecil dengan semangat. Belvapun menerimanya lahap. Reon bersyukur, karna Belva bukan anak yang sulit makan ataupun sulit meminum obat. Anak semata wayangnya itu selalu menuruti apa yang Reon perintahkan termasuk imunisasi rutin tiap bulan. Sebisa mungkin Reon menjaga harta paling berharganya dari segala macam penyakit.

"Bebel abis ini papa mandiin ya, kita ke alfamart beli susu formula." Kata Reon, Ia baru ingat jika stok susu si kecil sudah habis. Apalagi kemarin Belva baru saja menumpahkan susunya sampai tidak tersisa sedikitpun. Dan sialnya Aeni melancarkan aksi ngomelnya kepada Reon setelah puas memarahi Septian.

Di omeli Aeni itu adalah hal yang paling mengerikan bagi Reon, Ferro, Meka serta Septian. Karna Marahnya Aeni itu seperti mendengar musik rock and roll di panasnya terik matahari.

BelvaWhere stories live. Discover now