02.

15.5K 1.2K 22
                                    


Pagi harinya Belva memulai aktifitas dengan ceria. Meminum susu dalam dot yang sudah di buatkan oleh papanya.

Reon sendiri tampak asyik menikmati sarapan paginya tanpa di recoki oleh Belva yang biasanya selalu merusuh setiap pagi. Namun entah kenapa anak itu sekarang hanya asyik sendiri, membiarkan kaki pendeknya mengambang diudara dengan tangan memegangi dot susunya erat-erat.

"Hari ini Belva tunggu papa dirumah nenek okay. jangan nakal, jangan buat nenek pusing nanti tensinya naik lagi dan satu lagi- jangan terlalu asyik bermain Bebel kan baru sembuh." Reon mengingatkan putranya, walaupun ia tidak tahu apa putranya mengerti dengan apa yang diucapkan Reon barusan.

"Ayey captain." Belva memberi hormat kepada Reon dengan mata bulatnya yang berbinar.

Sepertinya Belva begitu merindukan sang nenek, sangat terlihat jelas dari binar wajahnya.

Setelah usai melaksanakan rutinitas paginya, yaitu sarapan bersama si kecil. Reon bangkit, menggapai tubuh Belva untuk ia gendong. Tidak lupa Reon juga menenteng perlengkapan Belva termasuk kotak susu formula yang selalu menjadi minuman wajib bagi si anak.

"Bi, jaga rumah ya. Belva mau saya ungsikan dulu ke rumah mama."

"Siap den, jangan lama lama. Nanti bibi kangen sama dedek."

"Tenang aja, cuma sehari doang. Soalnya ada Nadine di rumah mama, kangen katanya."

Aminah hanya tersenyum menanggapi majikan mudanya itu, ia tahu betul seberapa dekat Nadine dengan anak kesayangan Reon. Teramat dekat, mungkin jika Reon dan Nadine membawa Belva untuk berjalan-jalan bersama. Orang awam akan menganggap mereka keluarga kecil yang sangat menggemaskan, bagaimana tidak wajah dan postur tubuh Reon masih sangat terlihat seperti anak SMU tidak jauh berbeda dengan Nadine sendiri.

Setelah berpamitan kepada Aminah dan sedikit memberikan wejangan kepada pembantunya itu, Reon bergegas meninggalkan rumah. Selain karna ada meeting di kantor Reon juga harus mampir terlebih dahulu kerumah sang mama, belum lagi Nadine yang pasti akan memperlambat waktu dengan pertanyaan beruntun karna semalam Reon tidak jadi mampir kerumah mamanya.

(🌻)

Suara ngek-ngok terdengar kala kaki gembul milik Belva berlarian menciptakan suara nyaring yang berasal dari sepatu mahal anak itu.

Saat ini Belva tengah berjalan santai bersama Nadine di depan komplek, dengan langkah yang sulit karna pampers yang sedikit mengganjal tidak membuat anak itu mengeluh, mungkin karna sudah terbiasa sejak pertama kali Belva bisa berjalan.

Rasa kagumnya terhadap sang sahabat, Reon. Kembali membuncah mengingat seberapa besar perjuangan seorang remaja membesarkan bayi seorang diri tanpa kenal lelah dan repot. Nadine terkekeh saat mengingat masa lalu.

Lalu ia teringat kembali pada pesan Reon tadi pagi, sebelum berangkat ke kantor.
Anak gue semalem alerginya kambuh. Jangan buat dia kecapean, jangan kasih makan anak gue junkfood apalagi sushi, jangan lupa jam 12 siang nanti Belva harus minum obat, seduh susunya dua takaran airnya 60 ml jangan sampe lebih atau kurang nanti anak gue nggak mau minum dan bla bla bla..” Nadine terkekeh, mendengar wejangan Reon membuat telinganya berkedut panas. Tidak perlu di ingatkan padahal. Nadine sudah hapal betul bagaimana mengatasi Belva jika tidak ada Reon di sampingnya.

"Onty."

"Yes darl, ada apa?"

Belva menunjuk seorang bocah seumurannya yang tengah terduduk di atas ayunan dengan pandangan yang memusat pada pucuk bunga mawar yang ditanam tepat di samping ayunan itu.

Nadine terkekeh, Ia tahu apa maksud Belva.
"dedek mau kenalan sama dia?"

"Mau."

"Tapi janji ya, dedek nggak boleh nakal. Apalagi gigit dia." Kata Nadine mengingatkan, bukan apa. Belva itu seenaknya, jika sudah kesal kepada orang atau terhadap sesuatu mau benda hidup ataupun benda mati Ia akan mengigitnya dengan keras. (Masih ingat saat hidung Reon digigit oleh Belva di Chap sebelumnya?)

"Iya, onty belisik."

Nadine tersenyum geli melihat gumpalan daging bernyawa itu berlari dengan girang.

Tidak ingin menganggu moment menggemaskan anak dari sahabatnya. Nadine memilih bungkam menyaksikan adegan lucu antara Belva dan teman barunya, yang dirasa memiliki sifat dingin.

Belva sudah berdiri riang di hadapan anak yang sedari tadi duduk di ayunan itu. Membuat anak itu mendelik tidak suka ke arah Belva.

Tidak banyak bicara, Belva justru malah mencolek lengan orang yang akan ia ajak berkenalan dengan gemas.

"Apa sih kamu, jangan colek colek aku!" Kata anak itu berseru marah. Namun tidak membuat Belva jera, Belva malah tersenyum polos memandangi wajah lawan bicaranya yang berkerut.

Nadine masih siaga satu. Selagi kedua anak itu tidak beradu fisik tidak membuat Nadine harus memisahkan mereka, bukan?

"Nggak boleh malah-malah, nanti mukanya sepelti englibet."

"Bukan urusan kamu!"

"Ulusan itu apa?"

"..."

"Kok nggak jawab, kata papa Bebel kalo ditanya sama olang itu halus di jawab!"

"Kamu berisik."

"hhehe..Nama kamu siapa?"

"Hisyam."

Nadine menghela nafas lega. Ahh., Setidaknya anak itu masih punya hati untuk menanggapi pertanyaan kesayangannya.

"Isyam?"

"Hn.."

"Isyam sakit gigi? Bebel juga kalo sakit gigi seling hm hm.. kalna sakit kalo bicala." Belva berceloteh seolah anak bernama Hisyam itu tak acuh dengan apa yang ia bicarakan.

Hisyam masih enggan untuk menanggapi celotehan tidak jelas anak gendut dihadapannya.

Dirasa aura Hisyam yang begitu gelap untuk seukuran anak seperti Belva, cepat - cepat Nadine mendekati kedua bocah itu. Berjongkok di hadapan keduanya seraya mengulas senyum manis.

"Dedek pulang dulu yuk, udah siang.. waktunya minum obat terus bobo siang. Nanti sore dedek bisa main lagi sama Isyamnya."

"Isyam nggak mau main sama dia!"

sabar Nadine, dia masih kecil! tunggu besar dulu baru lo kasi pelajaran” Batin Nadine menahan kesal.

"Iya nanti main lobot-lobotan sama, Isyam." Belva memekik senang. Anak itu tidak tahu saja jika teman barunya itu terlihat risih dengan kehadirannya.

"Isyam, Belvanya pulang dulu ya. Dadahh." Setelah memangku tubuh gendut Belva, Nadine meninggalkan Hisyam yang masih setia duduk di atas ayunan tanpa membalas lambaikan tangan Nadine maupun Belva. Hisyam sedikit melirik bocah seumurannya yang tadi mengajak Ia berkenalan, anak itu masih terlihat menatapnya dengan sumringah serta tangannya yang masih asyik bergerak melambai ke arahnya.

"Teman?" Gumam Hisyam, Lalu anak itu tersenyum simpul.


TBC

BelvaWhere stories live. Discover now