03.

14.4K 1.1K 81
                                    



Aeni menatap sedih kearah Belva yang tengah asyik menjilati susu formula bubuknya. Tidak masalah jika anak itu memakan susu bubuknya di tempat yang wajar, yang jadi masalahnya Belva menjilati susu bubuk yang sudah di masukan kedalam toples itu di atas kasur sang nenek. Dengan susu yang berceceran dimana mana mengundang pasukan semut untuk datang.

Aeni sudah lelah bicara, cucunya itu benar benar selalu membuat tensi darahnya di atas rata rata.

"Dedek, jangan di kasur nenek makannya. Please." Mohon Aeni dengan wajah memelas.

Wanita cantik itu duduk membelakangi meja rias sembari menyaksikan kejahatan yang di lakukan oleh Belva.

"Reon, Anak lo badung banget astagfirullah." Lirih Aeni.

Belva melirik Aeni yang tengah menatapnya lesu.
"Nenek, Bebel mau mandi."

Aeni sumringah, mendekati cucu nakalnya dengan semangat. Bagaimana tidak semangat, akhirnya kegiatan cucunya mengundang semut berhenti juga.

"Ayo, nenek mandiin." Tutur Aeni.

"Nggak mau sama nenek, mau-nya mandi sama onty nana."

Nana yang di maksud oleh Belva adalah Nadine, nama panggilan itu khusus Belva berikan untuk Nadine karna bagi Belva menyebut nama Nadine itu sangat sulit sama seperti dirinya menyebutkan namanya sendiri.

"Sayang, onty nana kan udah pulang. Dia harus berangkat ke surabaya lagi." Belva merengut, ia ingat saat sebelum tidur tadi siang Nadine berpamitan. Belva tidak mau tahu Nadine pergi kemana, yang Belva mau onty-nya itu harus selalu menemani Belva kapanpun itu.

"Nenek kenapa nggak tahan, onty."

Aeni memasang wajah manis, sebisa mungkin menenangkan cucunya yang terlihat berkaca-kaca.

"Kan onty harus belajar biar pinter, nanti kalo onty libur kuliah. Dia pasti ajak Bebel jalan-jalan sama papa."

"Senyum nenek, selem."

Fak..

Aeni ingin sekali memaki cucunya ini, Ia bicara apa Belva balas jawab apa. Sungguh menyesal ia telah berusaha menenangkan Belva dengan memberikan senyuman terbaiknya jika akhirnya malah di hujat oleh cucu sendiri.

Belva tertawa riang melihat wajah kesal Aeni. Anak itu bangkit dari duduknya, meletakan toples susu di atas kasur lalu tanpa aba-aba Belva melompat-lompat kegirangan sehingga tubuh gempal itu memental,.semakin membuat Belva tertawa bahagia dan semakin membuat Aeni dilanda prustasi.

Sebab,

Toples susu formula milik cucunya tumpah tandas di atas kasur yang baru saja ia ganti spreinya.

Nenek muda itu melotot murka.

"Septian, Urus cucu lo! gue nggak mau tau, ya Allah bandelnya naudzubillah!"


(🌻)

Sore hari menuju petang, Belva sudah wangi khas bayi dengan tubuh di balut dengan baju tidur bergambarkan kartun kuda poni pemberian kakeknya, warnanya pink. Membuat Aeni mengomeli suaminya tanpa jeda.

"Niat beliin cucu itu ya harus ikhlas, gini nih kalo setengah-setengah! cucu laki masa dibeliin baju tidur kuda poni. Untung kalo warnanya biru, ini warna Pink. Emang kamu mau aku suruh pake baju tidur warna pink? nggak mau kan!untungnya cucuku masih bayi, kalo nggak udah di pecat kamu jadi kakek dia."

Septian sweatdrop, ia baru sadar jika istrinya pandai bermain rapp. Jika di duelkan dengan rapper bts yang terkenal itu- Rapmoon- Sudah pasti menang nih istri tercintanya.

"Ya, maaf baby. Aku kan nggak pernah beliin cucu baju."

Aeni mengelengkan kepalanya, siap mengomel kembali.
"Makanya, jadi kakek itu harus perhatian sama cucu. Tiap hari beliin baju kek, beliin mainan kek, biar kalo ngasih hadiah nggak bakal kaku. Nggak sama cucu nggak sama istri tiap ngasih hadiah selalu nggak bener."

Aeni masih ingat, saat dimana mereka tengah merayakan hari jadi pernikahannya. Septian memberikan kotak kado besar, Aeni berpikir jika suaminya ini amatlah romantis. Memberi hadiah pun tidak pernah diragukan lagi, bisa dilihat dari ukuran kado yang sangat besar. Namun itu hanya ekspetasi, Realitanya saat kado telah terbuka Aeni tampak murka. Isi kadonya adalah celemek dapur. Bukan hanya satu, septian memberikan itu sampai 20 celemek.

Apanya yang romantis pikir Aeni.

dan dengan polosnya Septian berkata.
bukannya kemarin mama marah gara-gara celemeknya udah kucel, ya papa inisiatif aja buat beliin mama celemek biar nanti pas mama masak keliatan seger. nggak kucel kaya pembantu.”

Aeni menepis ingatan masalalunya, ia tidak mau lagi mengingat perkataan Septian yang kurang ajar. Mengatainya kucel seperti pembantu, Aeni cari cowok baru aja tahu rasa dia.

Aeni masih sibuk mengomeli suaminya yang tidak berani bersuara.

Anak bungsunya datang, Ferro yang kini masih duduk di bangku SMU menatap jengah kearah orangtuanya.

Ferro mendekat kearah sang ayah, lalu menepuk-nepuk punggung Septian dengan wajah menyebalkan.

Septian menatap Ferro nyalang, jika saja Aeni tidak sedang naik darah. Sudah di pastikan, anak bungsunya akan habis di tangan Septian.

Ferro yang ditatap nyalang oleh sang ayah hanya menahan tawa seraya mengembang kempiskan lobang hidungnya. Lalu meraih tubuh gempal keponakannya yang kini tengah meminum susu seraya menyaksikan perdebatan antara Nenek dan Kakeknya.

"Om Fello, nenek belisik." Bisik Belva tepat di telinga Ferro yang kini tengah memangkunya.

"Udah biasa. oh ya, Dedek kenapa pake baju cewek?"

Belva menundukan kepalanya, melirik pakaiannya yang dibelikan oleh sang kakek.
"Kakek beliin."

Ferro terbahak, ia kelepasan tertawa di tengah perdepatan antara kedua orangtuanya.

"Mohon maaf, khilaf." Tuturnya pada Septian dan Aeni yang kini tengah menatap Ferro seolah mengintimidasi.

Buru-buru Ferro melangkah menaiki tangga dengan Belva yang masih setia berada dalam gendongannya. Ia tidak mau berurusan dengan mama dan papanya yang sedang debat, berabe! bisa bisa Ferro kena getahnya.

TBC

BelvaWhere stories live. Discover now