01.

16.7K 1.3K 28
                                    



Reon mengendarai mobilnya, membelah jalanan kota untuk segera sampai di rumah. Bukan tanpa sebab, Reon tidak ingin putranya berlama lama tidur di dalam mobil dengan udara yang cukup dingin.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Reon melirik Belva yang tengah terlelap dalam pangkuannya. Dengan keadaan menyetir sekalipun Reon masih bisa menyamankan putranya dalam dekapan sesekali tangan kirinya mengusak rambut lembut, Belva.

Kembali ke masa lalu, jika saja Reon tidak pernah menemukan Belva di depan panti asuhan itu. Apakah Reon akan sebahagia ini? mungkin tidak, jelas jelas hidupnya berubah setelah belva ada bersamanya. Mengurus Belva dari anak ini masih bayi merah sampai sekarang sudah berbadan gempal membuat Reon teramat mencintai Belva.

Ah, membayangkan perjalanan hidupnya selama empat tahun bersama Belva membuat Reon ingin menghujami wajah si kecilnya dengan ciuman. Hidupnya terlalu indah, penat karna masalah pekerjaanpun bisa Reon atasi jika sudah melihat bingkai wajah Belva.

Sampai di halaman rumah. Reon segera turun dari mobil dengan Belva yang masih terlelap dalam gendongan hangatnya, sebelum memasuki rumah megah yang ia beli setahun yang lalu Reon terlebih dahulu menyerahkan kunci mobil untuk di masukan kedalam garasi oleh satpam, Suleiman namanya.

(🌻)

Reon membaringkan tubuh putranya di atas kasur lalu menyelimuti Belva sebatas leher enggan membuat putranya kedinginan akibat terlalu lama terkena angin malam. Belva itu sangat-sangat tidak bersahabat dengan cuaca dingin.

"Papa." Belva bangun, menatap wajah ayahnya dengan sendu.

"Ada apa, dear? Kenapa bangun hn?"

Reon duduk di sisi kasur, mengelus wajah Belva yang terlihat sedikit memerah.

ah shit.. alergi putranya pasti kambuh.

Reon membuka pintu kamarnya, menyembulkan kepala di antara pintu dan tembok lalu berteriak kearah aminah- asisten rumah tangga, yang masih berkutat dengan hidangan yang akan di santap Reon.

"Bi, Ambilin obat alergi Belva di kulkas. Cepet."

Setelah mendengar sahutan dari aminah. Reon kembali mendekati Belva, Menarik kesayangannya untuk duduk di atas pangkuan Reon.

Belva menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Reon, kulit wajahnya yang sedikit hangat membuat Reon kelabakan. Di tangkup wajah putranya dengan lembut.

"Kamu pusing, sayang?"

Belva tidak menjawab, anak itu malah mengembungkan kedua pipinya yang memerah sehingga membuat Reon menahan gemas untuk tidak menghajar wajah anaknya dengan ciuman.

"Mas Re, Ini obat dedek mbel." Suara itu milik aminah, wanita berusia 50 tahun yang tampak masih segar.

"Masuk aja, Bi."

Setelah mendengar intruksi dari majikannya, Aminah memasuki kamar Reon. Lalu meletakan obat sirup milik Belva di nakas.

"Mau bibi buatin kompresan nggak, mas?" Tanya Aminah sedikit cemas melihat wajah majikan kecilnya yang tampak memerah akibat demam.

"Nggak usah, Bi. buatin susu aja biar Belva tidurnya nyenyak, dotnya pake yang udah di sterilin ya."

Aminah mengangguk paham, lalu bergegas meninggalkan kamar Reon.

"Sekarang, kesayangan papa minum obat dulu ya biar cepet sembuh."

"Mau lasa setobeli." Ujar belva girang. Memang pada dasarnya Belva itu anak yang hyperaktif. Jika tubuhnya tidak benar benar merasa sakit ia tidak akan mengeluh dan seolah tidak sedang sakit. hanya saja akan berlaku malas dan merajuk pada sang ayah.

"Iya, ini rasa strawberry." Sahut Reon selagi membuka tutup botol obat sirup yang sudah di kocok.

Belva masih dalam pangkuannya, memeluk pinggang Reon dengan erat sesekali si manis itu mengusakkan wajahnya kedada bidang milik sang ayah.

"Papa, Ingus bebel di baju papa."

"Nggak papa nanti bajunya di cuci."

Reon tidak menoleh sama sekali kearah sang anak, ia masih fokus menuangkan sirup berwarna merah keatas sendok putih dengan telaten agar tidak tumpah, jujur saja Belva benar benar tidak bisa diam.

"Ini, Aaa.. dulu—  astagfirullah!"

Sirup obat itu tumpah beserta dengan botolnya membuat Aminah yang baru saja datang dengan dot susu di genggamannya kaget bukan main.

"Ada apa mas?" Tanya aminah.

"Papa, kenapa?!"

"Bi, Belva mimisan." Reon segera menggendong tubuh Belva menuju kamar mandi, membersihkan darah yang mengalir dari lubang hidung putranya.

Jadi yang belva sebut ingus itu adalah darah? Reon merutuki kebodohannya.

TBC

Kangen mbel gak?

BelvaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ