09.

10K 907 50
                                    



Sore hari pukul 16.22 taman komplek perumahan karang indah sudah ramai.

Sengaja sekali Ferro dan Reon mengajak pasukan kecilnya untuk berjalan jalan. Jajan cilok yang di bumbui kecap, jajan gulali yang sudah menjadi kegemaran Belva dan bersenda gurau seraya berlarian dengan semangat.

Memang pada dasarnya anak kecil, setelah bertengkarpun mereka masih saja bermain bersama. Melupakan apa yang terjadi dengan ketiganya kemarin siang.

Berbeda dengan Mekka, ia jelas belum bisa berdamai dengan Aeni. Padahal Aeni sudah mewanti-Wanti kepadanya agar tidak membuat Reon mengetahui masalah yang terjadi antara mereka.

Ferro pun tidak banyak bicara, lebih memilih bungkam. Remaja yang memiliki selisih umur empat tahun dengan Reon itu tidak ingin memperkeruh suasana dengan dirinya yang ikut campur dengan masalah yang terjadi pada keluarganya.

Sepele, hanya karna masalah tobot.

"Isyam." Belva menjerit kalap. Anak itu terlalu bahagia melihat teman dinginnya sedang duduk di jok sepeda dengan kaki yang masih berpijak sebelah ke atas rerumputan.

Reon mengalihkan netranya mengikuti arah pandang Belva yang tertuju pada anak bersepeda itu.

"Papa, isyam. Temen balu dedek." Pekiknya senang. Si gempal berlari ke arah teman barunya.

Setelah sampai di hadapan Hisyam. Belva tersenyum menggemaskan, menunjukkan deretan gigi susunya yang sejak minggu lalu sudah agak bergoyang. Hanya gigi depannya saja.

Reon tertawa melihat betapa senang buah hatinya. Ia mengikuti kemana larinya si kecil.

Sedangkan Ferro, Ia tengah mengantar kedua keponakannya untuk membeli sosis bakar di dekat lapangan basket.

"Dedek mau naik." Tukasnya ke arah Hisyam.

Hisyam masih terdiam dengan pandangan datarnya.

"Isyam, dedek mau naik sini." Belva semakin mendekati teman barunya. Menepuk-nepuk jok belakang sepeda Hisyam dengan semangat.

"Bisa nggak naiknya." Terkesan ketus tapi tidak membuat si bocah berusia empat tahun itu mengurungkan niatnya. Justru Belva semakin memekik senang ketika Hisyam memberikan respon positif kepadanya.

"Papa, dedek mau naik."

"Memangnya boleh?" Pertanyaan Reon dibalas anggukan kaku oleh Hisyam.

Reon dengan senang hati mendudukkan putra kecilnya di jok belakang.

"Hati-hati ya jangan sampai jatoh." Belva lagi-lagi menjerit senang. Tangan bocah itu melingkar sempurna di perut kecil hisyam.

"Iya kak." Sahut Hisyam.

"Yeah, papa."

Setelah melajukan sepedanya Hisyam dengan ragu bertanya.
"K-akak itu papa kamu?"

Belva mengangguk, walaupun Hisyam mungkin tidak melihatnya.

"Iyaa, dia papa dedek."

"oh."

"duh berat tahu, kamu gendut." Lanjut Hisyam.

Belva merenggut sebal karna di katai gendut.

"dedek nggak gendut, tahu!"

"Gendut."

Hisyam sebenarnya hanya mengusili balita di belakangnya. Melihat Belva merenggut membuat Hisyam sangat gemas. Ingin sekali mengigit pipi bocah itu dengan keras.

Merasakan ada yang tidak beres dengan sepedanya. Hisyam mengerem, menghentikan laju sepedanya kemudian melihat keadaan ban sepeda mungil miliknya.

"Tuhkan, apa aku bilang kamu gendut. Jadi ban sepeda aku kempes."

Dengan wajah polosnya Belva memiringkan kepala berniat melihat raut wajah Hisyam yang tampak cemberut.

"Yah." Belva ikut mengeluh.

Hisyam turun dari sepedanya, kemudian membantu teman kecilnya turun juga.

Tiba-tiba Reon datang diikuti Ferro dan kawan-kawan—maksudnya Eza dan Kello.

"Papa, sepedanya lusak. Gala gala dedek gendut."

Suara tawa terbahak kompak keluar dari mulut Ferro dan kedua ponakannya. Sembari memegangi perutnya Ferro mengacak acak rambut si kecil.

"anak lo Re, astagaa."

Di gendongnya si kecil yang mulai berkaca kaca oleh Reon.

"Anak gue nangis kampret, berisik lo ah."

Reon sedikit berjongkok di hadapan Hisyam dengan Belva yang terlihat menyembunyikan wajahnya di antara perpotongan leher sang papa, malu katanya.

"Hisyam jangan marah ya, nanti kakak itu bakal benerin sepeda kamu." Tunjuknya ke arah Ferro.

"Lah, kok gue."

"Jangan banyak komen lo."

"Sukurin deh." Ferro melotot ke arah Kello dan Eza yang tampak meledekinya dengan lidah menjulur.

"Malah ngobrol, ayo benerin sepeda aku." Hisyam membeo membuat kedua orang dewasa di hadapannya sweatdrop.

TBC



BelvaWhere stories live. Discover now