14.

10.5K 873 99
                                    

"hallo jagoan." Reon berlutut menyambut putranya yang berlari dari arah kelas.

Belva memeluk erat tubuh Reon, bergumam lirih membuat Reon tertegun.

"Papa, apa dedek punya mama?" Terluka sungguh. Mendengar pujaan hatinya bertanya seperti itu. Jawaban apa yang harus ia berikan kepada putranya.

"Teman teman dedek bilang mau di jemput sama mamanya, semuaa teman dedek punya mama. Tapi kenapa dedek nggak punya, pa?"

Benar, Belva akan beranjak dewasa dan tidak menutup kemungkinan jika putranya akan menanyakan keberadaan mamanya. Mungkin, Reon tidak akan terlalu takut jika Belva menanyakan keberadaan mamanya. Namun, yang Reon takutkan adalah bagaimana bila anaknya mengetahui jika dirinya bukan ayah kandung Belva yang sebenarnya.

Putranya pasti sangat terluka dan..

Reon takut bila putranya malah pergi meninggalkan dirinya.

"ya, dedek punya." Balas Reon berusaha tegar. Putranya sudah terisak, seterluka itukah putranya?

"telus mamanya dimana pa? Dedek mau punya mama." Belva menangis, menatap wajah papanya dengan sendu. Air mata yang berurai di kedua pipinya membuat hati Reon seperti tersayat belati. Perih.

Reon menatap sekelilingnya. Masih banyak orangtua yang menjemput putranya sekolah dan kebanyakan didominasi oleh wanita. Pantas saja putranya menanyakan sosok mama kepada Reon.

Reon enggan menjawab. Lelaki itu lebih memilih membawa Belva masuk kedalam mobil.

Reon duduk di kursi kemudi dengan Belva yang masih duduk di atas pangkuannya.

"Sayang, jangan nangis. Papa mohon." Kata Reon pelan seraya menghapus air mata di pipi Belva.

"Dedek mau mama." Lirih Belva dengan sendu.

Sungguh, lebih baik mendengar rengekan daripada harus mendengar lirihan terluka dari putra terkasihnya.

"Papa kurang hebat ya untuk dedek? Dedek maunya mama bukan papa?"

"Engga, dedek mau papa dan mama." Suara Belva serak sesekali segukan membuat anak itu sedikit kesusahan dalam bernafas.

"Dengeri papa, dedek cuma punya papa. Tidak ada mama, hanya papa. Dedek pasti lebih bahagia sama papa dan jangan lupakan onty Nana. Dia sosok mama buat dedek." Ujar Reon tegas.

Kemudian ia melajukan mobilnya dengan perasaan tidak karuan. Sungguh, menghadapi Belva yang beranjak dewasa membuat Reon harus ekstra berhati hati.

"Sayang papa." Belva bergumam, melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang papa yang kini tengah mengemudi.

"Maafin dedek yah." Reon senang ketika raut wajah Belva kembali ceria. Tidak akan pernah dirinya untuk membiarkan putra tercintanya diambil oleh sosok yang mengaku sebagai orangtuanya kelak, Belva hanya berliannya tidak bisa di miliki oranglain termasuk orang-orang di sekelilingnya.

"I love you darling, jangan pernah pergi ninggalin papa ya." Lirih Reon, mengecup puncak kepala putranya dengan sayang.

🍂🍂

Hisyam menatap mamanya lekat. Beruntungkah Ia karna masih memiliki sosok ibu?

Tetapi,

Entah kenapa Hisyam merasa terluka ketika melihat Belva menangis di pelukan papanya sambil menanyakan sosok yang telah melahirkannya.

Belva, tidak mempunyai ibu. Itu yang saat ini berada dalam pikiran Hisyam.

Belva tidak lebih beruntung dari dirinya.

kamu masih punya aku. Aku nggak suka liat kamu nangis.” Batin Hisyam.

"Abang, kok bengong sih? Ayo sini makan. Mama udah buatin sosis sama telur mata sapi buat abang." panggil Elena dari arah mini bar.

Hisyam tersenyum. Kemudian turun dari sofa, menghampiri ibunya yang kini sudah mengacungkan sendok dan garpu ke atas.

Si gendut harus aku pinjamin mama, ide bagus.”

Elena bergidik ngeri melihat Hisyam berjalan kearahnya dengan senyuman evil.

🌸🌸

Di atas ayunan Hisyam duduk sambil memain rubiknya yang masih terlihat berantakan. Sedangkan Hamdan dan Venus tampak asik memakan camilan yang di siapkan oleh Aeni khusus untuk teman dari cucunya. Dan Reki sibuk mengganggu si boni yang tengah berlari di dalam kandangnya, selagi menunggu Belva berganti pakaian katanya.

Kelima bocah itu berniat main bersama. Entah itu belajar atau mungkin sekedar bermain bola.

Sekarang adalah jadwal main di rumah Belva. Setiap harinya mereka memiliki jadwal bermain di rumah masih-masing. Sekarang di rumah Belva dan besok dirumah Hisyam, besok nya lagi di rumah Reki, Venus dan Hamdan Begitupun seterusnya.

"Haaai.." Keluar dari pintu utama. Belva terlihat segar dengan rambut yang basah dengan bedak tertabur rapi di wajahnya. Jangan lupa aroma yang selalu tercium dari tubuh Belva selalu menjadi candu.

Ketiga temannya kecuali Hisyam melambaikan tangan ke arah Belva.

"Weis, Masbro udah di samper geng aja. Ati-ati bro jangan dewasa sebelum waktunya." Kata Ferro yang saat ini berdiri di belakang Belva.

Belva yang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Ferro hanya mengerjapkan matanya.

"Om, mau ikut?" Tanya bocah itu dengan wajah lugu.

"dasar." Ferro tertawa, mengacak acak rambut si kecil dengan gemas." next time, Om mau jalan dulu. Mau titip mam nggak?"

Ferro berlutut di hadapan Belva.
"Beli mam buat boni."

"Boni terus, males ah."

"Tadi tawalin dedek." Belva kesal, meninggalkan Ferro yang kini tengah meneriakinya.

"Belisik, sana beli mam boni."

TBC


BelvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang