3. Kesan Ketiga : Tidak Tahu Malu!✔

258 23 0
                                    

"Maaf, melakukan hal apa aja untuk keluarga takkan pernah menjadi salah satu list dalam hidup saya."

-_-

Setelah suntuk dengan kegiatan sekolah selama berjam-jam, Nisa tiba-tiba saja mengajak Gina secara sepihak untuk berkunjung sebentar di salah satu caffè langganannya. Tapi untungnya, kali ini tak ada penolakan dari mulut Gina. Diam-diam Nisa berulang kali mengucap syukur, karena tampaknya sahabatnya itu sedang adem ayem. *Apa coba bahasanya!

Lama terdiam karena mereka tengah asyik dengan pesanan masing-masing. Nisa sejenak teringat akan sesuatu. Ia menatap lekat sosok Gina dengan kening berkerut. Menelisik tiap inci wajah sang sahabat dengan amat teliti. Ia kemudian tertegun untuk beberapa saat. "Gin, gue boleh tanya sesuatu gak?" Nisa memberanikan membuka suaranya.

"?" Gina menatap Nisa dengan ekspresi yang tak berubah sama sekali. Datar. Sementara mulut gadis itu masih mengunyah Red Velvet cake kesukaannya.

Nisa berdehem sebentar sebelum mengatakan sebuah kalimat yang sukses membuat cewek didepannya tersedak. "Gin, lo gak lesbian kan?"

Itu pertanyaan? Atau tuduhan?

"Uhuk! uhuk! ..." Buru-buru Gina meraih segelas air yang disodorkan Nisa. Setelahnya, ia memberi tatapan tak suka pada Nisa.

Nisa terkekeh, "Hehehe, sorry ... habisnya, lo gak pernah dan gak mau dekat sama cowok sih. Jadinya, gue beranggapan begitu."

"Sa, kamu mau tidak saya jadikan red velved? Kayaknya enak kalo kamu jadi makanan." Pernyataan Gina barusan sukses membuat Nisa bergedik ngeri. "Saya kalo suka sama sesama cewek, pasti orang pertama jadi percobaan yah kamu." Gina melanjutkan makannya tanpa peduli lagi pada Nisa yang semakin menatapnya takut.

"Lagipula, kenapa kamu percaya informasi bodoh seperti itu," imbuhnya.

Nisa mengerutkan alisnya, "Apanya?" Gina memiringkan kepalanya.


Pertanyaan macam apa itu.

"Tok tok...kamu masih di bumi 'kan?" Yah tentu saja, sahabatnya itu pasti sedang melamun.

Gina mendekatkan minuman dinginnya ke sebelah pipi Nisa, "Sa?"

"Giiinaa, ih. Dingin tau," ujarnya dengan bibir di maju-majukan. "Auhk!" ringisnya, Gina menyentilnya.

"Siapa suruh melamun." Seperti biasanya, Gina berkata dalam mode flat on.

"Gue gak melamun kok," elaknya.

"Ya, terserah."

"Jadi, lo beneran normal 'kan?" Gina menatap Nisa. "Oh ok ok. Lupakan."

~~∞O∞~~

Gina turun begitu mobil yang dikendarai sahabatnya itu berhenti di depan rumah mewah dengan pagar yang menjulang tinggi. Ia sebenarnya malas pulang sekarang. Hah.

(Hari ini keduanya menggunakan mobil Nisa, kemarin pake mobil sedannya si Gina, entah besok mereka pake apa ke sekolah, mungkin helikopter atau jet, biasalah orkay, anak sultan mah gak usah ngiri!)

My Darkness Girl[TAMAT]Where stories live. Discover now