19. Sang Predator?✔

70 10 0
                                    

To X....

Misi selesai.
Bersih.
(read)

........

”Bodoh,“ gumamnya. Ia melepas earphone nya. Ia masukkan kedalam saku tasnya. Lalu mengeluarkan benda pipih persegi. Mengotak-atiknya, lalu melipatnya menjadi lipatan kecil.

Klik

[Ya?]

Mereka mulai bergerak.“ gumamnya pelan. Benda pipih tadi ia masukkan kedalam tas kembali. Gue bakal ngirimin beberapa bukti kecil.“

[Ok kamu urus saja.]

Klik

.
.
.

”Mau kemana kamu?“ tanya Arnold pada putrinya yang keluar rumah dengan tas punggung.

Argina tanpa menoleh sedikitpun pada orang-orang di meja maka langsung melengos. ”Argina! Berhenti disana!“

”Jangan khawatir, saya akan kembali secepatnya,“ sahut Gina yang sudah berada di ambang pintu utama.

”Apa kamu tuli!?“ Arnold meraih lengan putrinya yang akan keluar.

Sontak Gina menyentak genggaman itu hingga terlepas. ”Tidak usah sok peduli. Anda tidak berhak.“ Pandangannya lurus tanpa menatap ayahnya yang berdiri dibelakangnya.

”Apa maksudmu tidak berhak. Tentu saja Papa ....“

”Berhenti menyebut diri Anda 'Papa'.“ Gina lantas berbalik dan menatap pria itu. Menatap ayahnya tanpa emosi yang berarti, ”Padahal Anda sendiri tahu apa yang sebenarnya. Anda tentu tidak melupakan fakta itu 'kan.“

”Apa yang ... maksudmu?“

Gina mendengkus, ”Sudahlah. Jadwal penerbangan saya sebentar lagi. Saya pergi!“ pamit sang putri lalu buru-buru masuk ke dalam taksi yang dipesannya tadi–sebelum Arnold kembali mencegahnya.

Sedang Arnold–pria itu, diam mematung di depan pintu. Matanya menatap tajam pada taxi yang sudah mencapai gerbang rumahnya. Lalu ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan smartphone nya.

Tuut

”Ikuti saja. Dan pastikan keamanannya. Mengerti?“ ujarnya pada sang penerima telpon diseberang sana. Tanpa menunggu jawabannya, ia langsung menutup sambungannya dan menyimpan kembali smartphone nya ke saku celana.

Apa yang dia ketahui, apakah dia ....“ bisik nya lirih. Sehingga hanya didengar olehnya saja.

.
.
.

[”Ada dimana kau!“]

”Sebentar lagi sampai.“

[Ok. Kami menunggumu.“]

Gina menatap ponselnya. Ia menarik napas, matanya menoleh pada kaca mobil. Pemandangan yang sama yang selalu ia lihat setiap mengunjungi negara ini. Hamparan gedung tinggi dan deretan tempat makan yang menunggu untuk disinggahi.

Lalu aktifitas warga yang padat dan super sibuk ikut meramaikan pemandangan kota ini. Nyaris tanpa henti.

.
.
.

My Darkness Girl[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang