22. Akhir Atau Awal?✔

47 8 0
                                    

Maaf typo.....

*****


Terjadi sebuah ledakan besar di gedung tua .... Ledakan tersebut menewaskan setidaknya 35 orang dengan kondisi hangus terbakar .... Polisi masih menyelidiki penyebab ledakan tersebut .... Sementara .... bla bla bla.“

Seringai kemenangan menghiasi wajahnya begitu mendengar kabar dari breaking news di tv. Akhirnya apa yang ia tunggu-tunggu terjadi juga. Dan sebentar lagi ia akan menyaksikan drama keluarga.

.
.
.

Sementara dilain tempat....

Seorang gadis tengah menatap dengan prihatin  orang yang terbaring dibrankar rumah sakit. ”Bagaimana kondisi mu?“ tanya nya pada orang itu.

”Hei ini hanya luka kecil. Tenanglah!“ balasnya menyunggingkan senyum manisnya.

Raut datar gadis itu kembali menjadi datar. Ia memutar bola matanya malas. ”Terimakasih.“ ucapnya tulus.

Untuk sesaat orang itu terpaku, lalu ia kembali tersenyum lagi. ”Tidak masalah. Ini sudah menjadi tugasku kok. Juga yang terpenting adalah keselamatan mu. Itu misiku.“ ujarnya.

Gadis itu mengangguk, ”Saya harap misimu  tidak berubah juga nanti, tuan Rangga Adiputra.“

Pria itu mengusap dagunya, ”Hm, tentu saja tidak akan berubah.“ ia tersenyum jahil. ”Tapi mungkin akan bertambah.“

Sang gadis melipat tangannya didepan dada, ”Dan jangan harap saya me- notice mu,“ balas Gina.

”Oh, ok ok. Lagipula aku juga sudah tahu apa kelemahanmu. Ah, jangan lupa apa yang sudah kamu janjikan kemarin. Aku akan tagih itu sekarang,“ kini Rangga, pria yang terbaring dibrankar, menyunggingkan senyum kemenangan. Sontak ingatan tentang perkataannya kemarin teringat.

Kini giliran gadis itu yang terdiam. Kalau saja mesin waktu itu ada, ia ingin kembali ke peristiwa kemarin. Ia ingin mencegah dirinya untuk mengatakan hal terkutuk yang menjebaknya sekarang. Sungguh, ia merutuki mulut sialannya, yang berkata tanpa ia duga ini.

”Sialan!“ rutuknya. Argina, gadis itu melempar tatapan sengit kepada Rangga. Yang juga tengah menatapnya, bedanya Rangga menatapnya penuh damba.

Diraihnya tangan Gina dengan tangannya yang bebas.

Gina mengangkat sebelah alisnya. Bertanya.

Cup

Dikecupnya tangan itu. Untung saja sang empunya tak memberinya bogeman karena telah lancang padanya.

Ia menatap dengan lembut netra biru milik Gina. ”Izinkan aku. Menyembuhkan lukamu. Izinkan aku. Membahagiakan dirimu. Dan izinkan aku. Memberimu cinta dan kasih sayangku. Sekarang, besok, dan seterusnya. Apa kamu bersedia, tuan putriku?“

Tatapan Gina berubah menjadi lebih lembut, ia menarik napas pelan. ”Saya....“

Clek.

My Darkness Girl[TAMAT]Where stories live. Discover now