Bagian Yang Hilang : Untuk Terakhir Kalinya Kumohon Lihat Aku.

90 5 2
                                    

.
.

.
.

.
.

Nyaman...“ Hanya satu kata itu saja, mampu membuat jiwa Rangga kembali hidup yang mungkin bisa saja musnah dalam sekali tiupan badai topan.

Sinar matanya memancarkan kebahagiaan yang meluap. Sungguh, betapa leganya ia setelah beberapa saat hatinya sempat redup.

”Lunaaaa.“ panggilnya lirih.

Ini bukanlah mimpi, karena saat ia menampar pipinya Rangga merasakan sakitnya. Terbitlah senyuman dibibir tipisnya yang padahal tak pernah sekalipun tersenyum.

Dengan tersenyum, gadis berucap lirih. ”Aku tidak mungkin mati begitu saja....“. Ia memandang Rangga dengan tatapan sayu.

'Cup!'

Dikecupnya tangan sang gadis dengan penuh perasaan. ”Makasih. Terimakasih, karena sudah kembali...“ ujarnya. Gina terkekeh pelan saat merasakan setetes air di punggung tangannya. ”Dasar cengeng.“ Rangga juga ikut terkekeh.

.
.

.
.

.
.

.

.
.

.
.

###Hari Itu Ditempat yang Berbeda

Suara dering ponsel, menggema memecah kesunyian malam. Tak lama, sebuah tangan terulur meraih benda pipih yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi jarak jauh.

Tanpa melihat nama si penelpon, orang itu lantas menerima panggilan telepon. “Ya?”

Untuk beberapa saat, orang itu tampak diam mematung. Ia berusaha mencerna informasi yang baru saja ia dapatkan dari si penelpon.

“Hallo, pak?”

“Saya tidak salah dengar, 'kan?”

Benar, pak. Anak Anda telah membuka matanya...”

Detik berikutnya, tanpa babibu pria itu segera beranjak dari ruang kerjanya. Ia terburu-buru menuruni tangga ke lantai bawah. Mengabaikan sang istri yang menanyakan tujuannya malam-malam keluar.

Tampaknya, pria itu tak ingin membuang-buang waktunya, hingga mengabaikan sang istri bahkan saat ia melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.

Sepanjang perjalanan, ia tak henti tersenyum tanpa menyembunyikan kebahagiaan yang dirasakannya. Tak ada yang ia pikirkan selain kondisi sang putri yang telah sadar dari tidur panjangnya.

Begitu mobil sedan yang dikendarai pria paruh baya itu terparkir, ia segera membawa langkahnya menuju ruang inap sang putri.

Ketika ia akan mencapai pintu ruangan tempat sang putri dirawat, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Senyumnya masih terpatri di wajahnya.

Suara ketukan pintu membuat orang yang ada di dalam ruangan itu membuka kembali kedua matanya. Netranya menangkap siluet seorang pria berkemeja navy muncul dari balik pintu ruang inapnya.

Lantas pria itu berjalan mendekat, menghampiri ranjang pesakitan yang ia gunakan. “Putriku...” Senyum pria itu dihiasi cairan bening berasal dari sudut matanya.

Mencoba abai dengan penampakan itu, sang putri menatap lekat pria itu. “Di...ma-na, a-dikku?” Mendengar pertanyaan sang putri, pria terdiam. Rahangnya mengatup rapat. “A..yah, adikku?”

My Darkness Girl[TAMAT]Where stories live. Discover now