14. Sang Luka✔

79 10 0
                                    

Awas typo bertebaran...
.
.
.
.
.

###

Rumah Sakit Panca

Gadis yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit....akhirnya sadar juga. Ia mengerjapkan matanya, untuk menyusaikan dengan cahaya di sekitarnya. Netranya menatap sekelilingnya. Berapa lama ia di sini? Siapa yang membawanya?

'Ckleeik!'

Di ambang pintu, seorang cowok yang pernah beberapa kali ia temui berdiri. Menatapnya dengan sorot menghunus, seakan akan hanya dengan tatapannya saja bisa membunuhnya. Ia balik menatap cowok itu datar.

Arya berjalan ke arahnya, ”Akhirnya Lo sadar juga.” Keduanya tetap saling menatap.

Sedang si gadis tampak mengernyit, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Hingga harus di bawa ke tempat ini. Seketika rautnya kembali datar, setelah tahu apa yang terjadi. Ia kembali menatap cowok di samping brankarnya.

”Untuk apa Anda berada di sini?” tanya Gina, aura dingin khasnya tetap melekat pada dirinya.

Arya tersenyum sinis, ”Gak mungkin 'kan gue tinggalin Lo gitu aja di rooftop sendirian. Gini-gini gue punya jiwa kemanusiaan tinggi,” terangnya dengan nada kesal?

Gadis beriris biru itu mendongak sejenak, ”Oh,” sahutnya datar.

Kok 'oh' doang sih. Harusnya Lo itu bilang makasih ke gue. Berkat kesigapan gue, Lo bisa di tangani dengan cepat. Lo gimana sih!” ujarnya jengkel, bersedekap di depan dada. Angkuh.

”Hm. Anda boleh pergi sekarang. Saya sudah merasa lebih baik, jadi Anda tidak perlu ada di sini lagi.” Setelah mengatakannya, Argina beranjak ke kamar mandi dengan botol infus yang ia tenteng.

”Yee gak bisa gitu dong. Lagian gue tolongin Lo itu gak gratis ya. Gak ada yang gratis di dunia ini.” Gina menoleh dengan tatapan sinis. ”Apa?”

”Apa yang Anda inginkan?” tanya Gina 'datar'. Masih berusaha bicara baik-baik.

Arya tampak berpikir, jari telunjuknya ia tempelkan pada salah satu pipinya. ”Belajar bareng gue?” sahutnya.

Salah satu alis Gina terangkat, ”Anda yakin? Bukannya Anda sendiri yang bilang. Kalau saya telah membuang waktu berharga Anda?” sinisnya.

”Yah, memang benar. Lagian gue minta ini juga, selain karena tugas gue. Lo juga bisa balas utang budi ke gue!” sahut cowok yang tingginya lima senti darinya.

”Terserah.”

Selanjutnya, terjadi keheningan untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Arya kembali bersuara.

”Oh iya. Tadi gue lupa ngabarin keluarga Lo. Bahwa Lo masuk di rumah sakit. Gak papa 'kan?”

”Hmm,” balas Gina ogah-ogahan. Bahkan lebih bagus lagi, jika orang rumah tidak ada yang tahu. Gadis itu tersenyum miris. Yang tentunya tak dilihat oleh Arya yang masih belum pergi juga.

”Lantas, mengapa Anda masih berada di sini. 'Kan tadi saya suruh pulang saja!” desis Gina agak tak suka.

”Yah, gimana ya. Gue mau aja sih pulang sekarang juga. Tapi, tanggung jawab gue belum selesai. Lo kan masih di sini. Sementara nggak ada satu pun orang rumah yang datang jengukin Lo. Jadi, gue memutuskan untuk tetap di sini saja,” jelas Arya panjang kali lebar.

My Darkness Girl[TAMAT]Where stories live. Discover now