Prolog

8.1K 424 19
                                    


الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” 
(QS: Az-Zukhruf : 11)

_____________________________

Kehidupan tak semestinya di jalani kebahagian, tak juga harus mendayu dalam kesedihan. Semua haruslah ada keseimbangan yang setara agar hidup lebih bermakna. Luka berasal dari kebahagiaan yang berlebih, oleh karena itu bahagialah yang sederhana maka luka semakin enggan untuk datang.

Contoh kebahagian sederhana itu bagi Aisyah adalah hujan. Ya, salah satu nikmat Allah yang begitu Aisyah kagumi. Derainya mampu menyejukan raga serta hati. Hujan itu hebat. Dia berani jatuh berkali-kali walaupun ada saja orang yang mencela kehadirannya. Masyaallah.

Aisyah bukanlah penyair yang bisa mendeskripsikan hujan sedemikian rupa, tapi ia sebagai pengaggum bisa merasakan kebenaran dalam tulisan aksara tentang hujan itu. Banyak orang menyamakan hujan dengan kenangan, namun justru Aisyah berfikir hujan adalah awal dari kisahnya. Ya, awal kisahnya dalam mencari sosok pujaan hati yang sudah tertulis di lahul mahfuz.

Dan hujan akan menemani setiap jejak Aisyah dalam pencarian ini. Semoga hujan yang menemaninya tak akan jadi badai di pertengahan jalan.

Lengkungan senyum mengakhiri lamunan Aisyah, gadis itu menjulurkan tangannya ke arah rentetan air hujan yang berjatuhan ke tanah. "Allahumma shoyyiban nafi'an," gumamnya.

Terjebak dalam derasnya hujan tak membuat Aisyah kesal karena waktunya tersita untuk menunggu, ia malah menikmati setiap jengkal kenikmatan Allah yang tiada tara untuk hambanya.

"Shit! Saya benci hujan!"

Aisyah tersentak, bahkan gadis itu menoleh dengan cepat kearah suara. Rupanya, seorang pria berjas abu-abu itu tengah kesal karena terjebak dalam hujan yang deras ini. Aisyah mengalihkan tatapannya ke hujan kembali, ia benci orang yang mencela nikmat Allah.

"Tak seharusnya Tuan membencinya, karena kehadiran hujan begitu berarti di bumi," tegur Aisyah.

Pria tadi pun mendelik, ia merasa tersendir. Namun, pria itu tak menggubresi perkataan Aisyah tadi. Percuma berdebat hal sepele, menurutnya.

Aisyah merasa di acuhkan lantas melirik sekilas, lalu melangkah menerobos hujan. Membiarkan gamis serta kerudungnya terguyur hujan. Namun, senyuman masih menghiasi bibir Aisyah.

Berbeda dengan pria tadi, ia menatap bingung dengan senyuman meremehkan. "Hei Nona! Kau gila ya?!" Teriaknya.

Mendengar hal tersebut tak membuat Aisyah naik pintam, tapi gadis itu malah tersenyum lebar. "Aku tidak gila Tuan, aku hanya tak ingin menyia-nyiakan nikmat Allah ini." Selanjutnya Aisyah pergi, melangkahkan kakinya kembali. Seraya sesekali merentangkan tangannya.

Pria itu lagi-lagi melihatnya dengan delikan mata, sungguh baru kali ini ia menemukan sosok gadis tak waras seperti Aisyah. "Benar-benar gila," gumamnya.

Kadang itulah yang selalu di pikirkan orang-orang terhadap pengaggum hujan seperti Aisyah, mereka selalu saja menganggap gila. Ada hal yang mereka tidak ketahui tentang kegilaan tersebut, yaitu kesenangan sesaat yang sulit di beli oleh materi.

Aisyah merasakan kesenangan itu, ia tak peduli nantinya akan sakit. Toh, jika tubuh kita bisa berdamai dengan dinginnya suhu maka semua akan baik-baik saja. Yang terpenting jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi.

•♡•♡•♡•

Assalamualaikum, hallo semuanya😍
Selamat datang di kehidupan Aisyah, bagaimana dengan prolog ini? Mungkin pendek dan terlalu banyak narasi, wajarlah ini baru permulaan kisah cinta Aisyah.

Ayo move on dari Syahiranya, kita fokus pada Aisyah. Insyaalah gak kaah saru deh.😁

Ada yang sudi memvote dan komen di bab prolog ini?😃

Mau lanjut?

Nona Hujan & Tuan KopiWhere stories live. Discover now