Petuah Untuk Hati

2.8K 248 4
                                    

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.
(QS. Al Maidah: 2)

__________________________


Senandung ayat-ayat suci Al-Qur'an mendayu begitu indah, sampai-sampai semesta pun ikut merasakannya. Teduhnya langit menambah kesyahduan tersebut.

Hari ini adalah jadwal di mana para santriwati akan bermurotal di luar kelas alias di taman asrama. Tepat di bawah pohon beringin besar mereka sama-sama menyenandungkan ayat-ayat tersebut dengan indah.

Di situ pun ada Aisyah yang ikut serta dalam acara murotal ini. Karena tidak adanya jadwal tausiyah, gadis itu memilih melancarkan hafalannya bersama para santriwati lainnya. Ia sesekali menghela nafas samar seraya melanjutkan bacaannya.

"Assalamualaikum, Ning Aisyah?"

Mata Aisyah yang awal mulanya terpejam kini terbuka sempurna, lalu melirik ke arah samping. "Waalaikumsalam, iya ada apa?"

"Abuya memanggil Ning untuk ke ruangan ndalem." Beritahu salah satu santriwati yang baru saja kembali dari bilik kamar mandi.

"Iya. Aku akan ke sana." Aisyah segera menutup Al-Qur'annya, lalu bangkit dan melenggang pergi menuju ruangan ndalem.

Entah apa yang akan di bicarakan abahnya itu kepada Aisyah, mungkin tentang jadwal tausiyahnya--pikirnya.

Benar saja apa kata santriwati barusan, kalau Ilham memang tengah menunggu. Lantas Aisyah mendudukan diri di hadapan Ilham seraya meletakan mushaf Al-Qur'an.

"Ada yang ingin Abah sampaikan sama Aisyah?" Tanya ulang gadis itu untuk memulai pembicaraan.

Ilham mengangguk, "iya, ada satu hal. Tapi Abah takut jika kamu salah paham atas apa yang Abah ungkapkan itu."

Kerutan di dahi Aisyah terlihat samar, rasa penasaran yang mulai muncul mendorongnya untuk bertanya lagi. "Apa itu? Katakan saja, insyaallah Aisyah akan mendengarkan sampai akhir sehingga tidak terjadi kesalah pahaman."

"Jadi begini, Nduk ...." Ilham menatap putri satu-satunya itu, "kamu kan tanggung jawab Abah Umah, serta kamu juga seorang 'Ning' di pondok ini. Apa tidak terlalu berlebihan berteman dengan seseorang yang bukan mahram apalagi yang baru di kenal."

Mendengar hal itu Aisyah menghela nafas lirih. Ia tahu arah pembicaraan abahnya ini. Mungkin kemarin Ilham menerima Syamuel begitu baik, tapi pastilah ada kekehawatiran dalam dirinya jika Aisyah berteman dengan yang bukan mahram seperti Syamuel.

"Jadi, Abah ingin bagaimana? Ingin Aisyah tidak bertemu lagi dengan Syamuel?"

"Tidak. Jangan putuskan tali silaturahmi kamu. Biarkan semua itu terjalin, asalkan kamu bisa jaga diri serta iman kamu. Ingin selalu ada Allah yang selalu mengintai." Ujar Ilham seraya memakai kopiah putihnya, "Abah bermaksud mengingatkan saja. Jangan sampai perteman itu membawa kamu ke jalan yang berakhir pada perasaan."

Aisyah mendongkak wajahnya ketika Ilham bangkit dari duduknya. "Jika sudah sampai jalan itu, kamu akan di hadangkan pilihan yang berat untuk hatimu. Abah rasa kamu paham dengan ucapan Abah."

Ilham melenggang pergi setelah tadi mengucapkan salam. Sementara Aisyah masih diam seribu bahasa. Apa yang Ilham tadi ucapkan, sungguh ia sangat paham! Bahkan sekarang Aisyah sudah di hadangkan rasa bimbang itu.

Nona Hujan & Tuan KopiWhere stories live. Discover now