Meyakinkan Hati

2.6K 257 5
                                    

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” 
(HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini shahih”, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.914).

___________________________

Di sinilah mereka berada, di sebuah tempat yang selalu menjadi pelepas penat seorang Syamuel. Tempat yang seolah menjadi kembalinya kenangan hati. Rumah sakit jiwa Hasanah, itulah tempatnya.

Di sana ada sosok wanita terbaik dalam hidup Syamuel, sosok yang menjadi alasan dirinya datang kemari. Dan hari ini Syamuel kembali datang dengan seorang gadis unik menurutnya. Karena baru saja bertemu sudah berani menempati kepercayaan di hati Syamuel.

Aisyah. Dialah gadis unik itu.

Sesuai apa perkataan Aji kemarin yang membuat Syamuel berani dalam melangkah lebih maju untuk meyakinkan hatinya kalau Aisyah pantas atau tidak menempati salah satu ruang di hatinya.

"Kenapa kamu membawaku ke sini?" Pertanyaan Aisyah menyentak lamunan Syamuel. Sehingga pria itu membuka sabuk pengaman, lalu keluar dari mobil dan di ikuti Aisyah.

Syamuel menoleh ke arah gadis berkhimar biru laut itu, terlihat raut bingung di wajahnya. "Ada seseorang yang ingin saya kenalkan denganmu," jawabnya.

"Siapa?"

"Mari ikut saya." Syamuel berjalan terlebih dahulu menyusuri koridor rumah sakit jiwa itu, serta di ikuti Aisyah lagi.

Lorong koridor hari ini tampak ramai oleh beberapa anggota keluarga pasien yang menjenguk, mungkin karena hari libur mereka baru bisa menyempatkan datang. Sementara Syamuel hampir setiap hari kemari.

Langkah jenjang Syamuel terhenti bersamaan dengan Aisyah di belakangnya. Pria itu menoleh ke arah Aisyah sekilas lalu menekan gagang pintu sebuah ruangan.

"Masuklah," intruksi Syamuel. Aisyah pun melangkah ke dalam.

Bersamaan dengan itu mata hazel Aisyah menangkap sosok wanita paruh baya yang tengah terduduk lesu di bangkar dengan rambut panjang tergerai. Terlihat sekali mata wanita itu begitu sayu dengan kelopak mata yang berkerut.

Kemudian Aisyah menoleh ke arah Syamuel seolah menanyakan siapa wanita itu. Namun Syamuel malah melangkah mendekat ke arah wanita tersebut dan mengelus lembut rambut panjangnya. "Ibu ..."

Kata itu mampu menjawab kebingungan Aisyah sendari tadi. Ternyata itu Relita, ibu dari Syamuel.

"Syam ... Syam." Relita meraba-raba rahang Syamuel.

"Iya, Bu. Ini Syamuel." Pria itu mencium punggung tangan sang ibu.

Tatapan Relita yang awalnya mengarah kepada Syamuel, kini teralihkan pada seorang wanita berhijab lebar di daun pintu. Dengan raut kebingungan Relita menatap.

"Dia Aisyah, Bu. Teman Syam. Syam yang mengajaknya kemari." Syamuel tersenyum, lalu menatap ke arah Aisyah. "Kemari, Aisyah. Perkenalkan ini ibu Saya, Relita namanya."

Langkah Aisyah kian menghapus jarak tadi, gadis itu tersenyum kikuk. Lalu mengapai tangan Relita untuk mencium takzim. Setidaknya beliau adalah orang yang lebih tua darinya.

Nona Hujan & Tuan KopiOnde as histórias ganham vida. Descobre agora