Terbentang Perbedaan

2.8K 260 7
                                    


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.
(QS. Al-Mumtahanah: 1)

______________________________

Teriknya mentari di cakrawala kota Blitar menjadi pengakhir tausiyah yang di lakukan gadis berkhimar hijau lumut itu. Di masjid yang beberapa menit lalu hampir di penuhi para jama'ah ibu-ibu itu kini perlahan di tinggalkan oleh para jama'ah setelah usainya acara keagaaman yang digelar.

Gadis pengisi tausiyah itu pun berpamitan kepada para panitia setelah tadi ramah tamahnya. Ia melenggang dengan menghadirkan rasa kagum kembali bagi siapapun yang melihat senyum serta sifatnya.

Gadis yang acapkali di kenal dengan nama Aisyah itu lantas menuruni beberapa anak tangga masjid megah tersebut. Usai memakai alas kaki kembali, Aisyah menatap kesegala arah. Seolah tengah mencari seseorang.

Hingga tatapannya berhenti, bersamaan dengan itu senyumannya melebar. Pria itu sudah datang rupanya. Dialah Syamuel, pria yang telah mengikrarkan mereka dalam sebuah hubungan pertemanan. Bukannya Aisyah melanggar prinsip hidupnya untuk tidak berdekataan dengan orang yang bukan mahram, tapi Aisyah percaya Syamuel berbeda. Pria itu begitu menghormatinya walaupun mereka tidak lah saling mengenal sebelumnya. Oleh sebab itu Aisyah menerima pertemannan itu. Menjalin silaturahmi bukan perkara buruk bukan?

Kini tepat dua hari berteman, Aisyah akan mengajak Syamuel ke pesantren tempat dirinya di lahirkan serta menjadi tempat penuh kebahagian bagi Aisyah. Tak ada salahnya bukan jika Syamuel mengenal dirinya, termasuk mengenal orang tua Aisyah supaya tidak timbulnya sebuah fitnah.

"Lama menunggu ya?" Tanya Aisyah basa-basi.

"Tidak. Baru saja saya sampai." Sahut Syamuel seraya memberikan senyuman. "Kita mau langsung ke pesantren yang kamu katakan waktu itu?"

"Iya."

"Baiklah. Mari."

Aisyah mengangguk, seraya melangkahkan kembali kakinya ke arah terparkirnya mobil hitam mewah milik Syamuel.

Mereka memasuki mobil, sebelum melajukannya Syamuel berkata. "Ada sebuah hal yang ingin saya tunjukan sebelum kita ke pesantren, tidak apa-apa kan?"

Aisyah menatap seraya mengankat sebelah alisnya, "apa itu?"

"Nanti saya tunjukan. Saya perlu persetujuan kamu untuk ke sebuah tempat itu."

"Oh, yasudah. Tak apa-apa."

Akhirnya mobil Syamuel melaju meninggalkan halaman masjid. Perjalanan terjadi dengan begitu hening, pikiran Aisyah diliputi rasa penasaran terhadap apa yang Syamuel ingin beritahukan nanti kepadanya.

Sementara Syamuel berulang kali menghembuskan nafas tak teratur. Ada rasa takut bila gadis di sampingnya mengetahui hal yang sebenarnya itu. Namun, ini lah yang harus Syamuel lakukan sebelum munculnya perasaan lain.

Hingga beberapa menit kemudian, mobil yang di kendarai Syamuel berhenti. Dahi Aisyah mengkerut ketika matanya menangkap sebuah bangunan yang seperti menara, gadis itu menoleh ke arah Syamuel meminta penjelasan.

Nona Hujan & Tuan KopiWhere stories live. Discover now