Ekstra Part: Ngidam

3.2K 210 24
                                    

Happy Reading!


_______________________________

Penantian dengan disertai doa dan usaha tentu tidak akan menjamin akhirnya sesuai harap, kendati sebuah keberuntungan sedang berpihak pada kedua pasangan yang menikah setahun lalu. Penantian mereka berujung bahagia dan haru, bagaimana tidak seperti itu, jika apa yang diharapkan keduanya selama ini terwujud nyata pada waktu yang tepat.

Kebaikan dan nikmat dari sang khalik selalu tercurah bagai air hujan yang mengguyur keduanya. Setelah lamanya menetap di negri orang seraya mengejar impian sang kekasih, akhirnya sebulan yang lalu mereka kembali ke tanah kelahiram mereka Indonesia tepat di daerah Blitar.

Keduanya menjalani kehidupan kembali di rumah yang disediakan sebelumnya. Masalah-masalah dan debat kecil pastilah hadir dalan setiap hubungan, akan tetapi selalu ada yang mengalah dan kembali pada hangatnya sebuah cinta. Selama ini impian mereka sama, dan berusaha pada tujuan yang sama, hingga pada akhirnya impian itu terwujud sebagai hasil jerih payah.

Seorang permata kecil telah hadir di tengah-tengah mereka, lebih tepatnya di dalam perut gadisnya. Syamuel, sebagai seseorang yang bertanggung jawab tentunya menyambut bahagia kenyataan itu. Cinta dan kasih makin bertambah untuk Aisyah--istrinya-- yang telah rela membagi kehidupannya untuk permata kecil mereka.

Kehamilan itu pun ikut memberi dampak jelas untuk kedua pihak keluarga, mereka sama-sama menanti untuk menjadi seorang kakek dan nenek. Kehadiran si kecil amatlah di nanti, oleh karena itu Syamuel menjaga sepenuh hati, mengorbankan waktu dan tenaganya secara ikhlas.

Apalagi kini kandungan Aisyah sudah memasuki usia enam bulan, di mana usia tersebut adalah masa-masa ngidam untuk ibu hamil. Perbedaan sifat dari Aisyah pun sudah sangat terlihat, misalnya ketika wanitanya itu ingin selalu didekatnya. Seperti sore hari ini, Aisyah ingin menemani Syamuel yang sedang berenang.

"Kamu masuk ke kamar duluan saja. Udah mau magrib loh, aku masih lama pula berenangnya." Ujar Syamuel seraya menepi ke pinggir kolam renang, tempat Aisyah kini duduk dengan tangan memegang handuk.

"Nggak mau, Mas. Aku nunggu saja ya?"

Syamuel menghembuskan nafas samar, lalu naik ke daratan. "Ayo kita ke dalam rumah." Lelaki itu meraih handuk yang di berikan Aisyah.

"Ayo!" Gadis itu pun mengikuti langkah suaminya.

Di dalam rumah, Syamuel lantas pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian sementara Aisyah sendiri menghidangkan makanan yang tadi ia masak ke meja makan.

Beberapa detik kemudian suaminya itu kembali dalam keadaan rambut yang masih masih basah, lelaki itu duduk di meja makan bersamanya. Melihat hal itu lantas Aisyah menyendokan nasi dan lauk pauk di piring, lalu menghidangkannya pada Syamuel.

Kegiatan makan pun berjalan penuh khidmat. Hingga adzan magrib memisahkan keduanya, Syamuel haruslah menunaikan kewajibannya di masjid sesusai khaidah islam.

Beberapa menit berlalu, Syamuel kembali dari masjid setelah waktu isya usai. Keduanya lantas merehatkan badan masing-masing di ranjang, terutama Aisyah yang gampang sekali lelah pada saat hamil ini.

Aisyah melirik suaminya yang tengah fokus menonton acara televisi di kamarnya ini, "Mas." Panggilnya yang lantas mengalihkan tatapan Syamuel.

"Apa, Sayang?"

Nona Hujan & Tuan KopiWhere stories live. Discover now