Lepaskan & Lupakan

2.4K 223 10
                                    

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” 
(QS. Al-Baqarah: 216)

_________________________


Ketetapan Allah adalah yang terbaik. Sebagaimana pun kita menentang, suatu saat apa yang telah tertuliskan oleh takdir akan bermanfaat tanpa di sadari. Di saat keikhlasan itu belum hadir, kita hanya perlu berdamai akan kenyataan dan menunggu sang waktu untuk membuktikan kata 'terbaik' dalam ketetapan sang pencipta.

Merupakan tabiat kehidupan, jika siratan takdir membuat nestapa hadir. Banyak hal yang perlu diadaptasi hati akan ketidaksinkronan ini. Semua hanya perlu mengalah untuk mempercepat waktu menciptakan bahagianya.

Aisyah sendiri tak mempersalahkan atas apa yang terjadi padanya sekarang. Akan tetapi ada ragu yang masih singgah pada hatinya, ragu akan sebuah putusan yang mungkin tanpa di sadari telah egois pada hatinya sendiri. Ya, Aisyah yang memutuskan tapi Aisyah pula yang mengorbankan.

Gadis itu tahu semua keraguan yang tercipta hanyalah tipu daya setan untuk menghalangi langkah baiknya. Kendati di sisi lain ini seperti kebodohan yang ia cipta untuk merumitkan segala hal.

"Maafkan aku ...." lirih Aisyah dengan hembusan nafas berat. Lalu bola matanya mengamati sebuah cincin tunangan yang terpasang indah di jemari manisnya.

Ia merasa telah membohongi banyak orang setelah menerima cincin ini. Khafi laki-laki baik yang mungkin hampir dikatakan sempurna, tapi apakah terlalu jahat untuk Aisyah menerima lamarannya tanpa di dasari cinta oleh dirinya sendiri?

Namun, satu hal yang Aisyah pegang erat-erat istilah yang mengatakan kalau cinta akan datang karena terbiasa. Mungkin atas seiring berjalannya waktu cinta iti hadir diantra Aisyah dan Kahfi. Aisyah kini harus lah menganggap Khafi sebagai sosok calon imamnya kelak, bukan lagi sosok kakak yang memang sejak kecil telah mendokterin pikirannya.

Adapun alasan yang membuat Aisyah menerima lamaran dari sosok abdi ndalem tersebut. Yaitu harapan yang terpancar dari tatapan sang abah pada Aisyah. Ia tahu Ilham menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sedangkan Fatma--selaku ibundanya--menyerahkan sepenuhnya kepada Aisyah untuk memutuskan.

Dan pada akhirnya hatinya kalah untuk mengungkapkan keadilannya. Aisyah terpaksa egois pada hati untuk hal ini. Pilihan Aisyah jatuh pada seorang Kahfi, sosok laki-laki yang tak pernah terpikirkan oleh Aisyah akan menjadi calon suaminya.

Kelapangan dada Aisyah dalam keikhlasan diuji dalam segala aspek kehidupan, entah itu asrama ataupun hal yang lain. Akan tetapi Aisyah percaya, akan ada sesuatu sepesial yang telah Allah siapkan untuknya kelak.

Aisyah menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya. Dengan seperti itu, dirinya bisa menetralkan hati yang terus memberontak. Detik berikutnya, Aisyah melirik jam dinding ternyata sebentar lagi memasuki subuh. Gadis itu segera beranjak dari ranjangnya--setelah tadi menghilangkan rasa kantuk sebentar--lalu melangkah ke kamar mandi mengambil air wudhu.

Terang bulan masih menghiasi langit fajar kala itu. Banyak doa-doa, harapan, takbir, asma Allah, yang mengangkasa lewat bisikan sujud seorang hamba. Allah selalu adil untuk mewujudkan semua dan membalaskan pahala pada siapa saja yang menuruti perintahnya.

Nona Hujan & Tuan Kopiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن