Epilog: Teman Hidup

3K 244 11
                                    

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. وَ خِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ. احمد و الترمذى و صححه

Abu Hurairah RA, berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesempurna-sempurna iman orang mukmin adalah yang paling baik akhlaqnya di antara mereka dan orang paling baik di antara kalian ialah orang yang paling baik terhadap istrinya”.

[HR. Ahmad dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengesahkannya]

___________________________

Sinar mentari pagi menerobos masuk ke jendela kamar sepasang suami istri yang masih bergelut dengan selimutnya di ranjang tempat tidur. Setelah subuh tadi bangun, pada akhirnya mereka tertidur kembali. Mungkin karena lelah dalam perjalanan dari Indonesia ke Turki.

Hingga detik berikutnya, sepasang kelopak mata dengan bulu yang lentik terbuka secara perlahan. Aisyah terbangun karena rasa hangat dari belakang tubuhnya yang terkena sorotan mentari pagi. Gadis itu melengguh mengumpulkan nyawa-nyawanya kembali, lalu usai kesadaran itu hadir Aisyah lantas menoleh ke jam dinding di kamarnya.

"Astagfirullah! Mas bangun!" Aisyah bangkit dari ranjangnya seraya menggoyang-goyangkan tubuh kekar Syamuel yang masih terbaring.

"Heemm apa sih, Sayang," gumam Syamuel. Akan tetapi pria itu masih menutup matanya.

Aisyah berdecak pinggang, "bangun ih, Aisyah telat ke kampus!" Lalu ia melangkah terburu-buru ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Sementara itu mata Syamuel langsung terbelalak, "ya Allah! Cepat Aisyah, Mas tunggu di bawah." Tanpa menggganti baju, Syamuel lantas mengambil kuci mobilnya dan lantas keluar rumah untuk mengeluarkan mobil dari garasi.

Baru saja Syamuel memanaskan mobilnya, Aisyah sudah siap saja dengan wajah paniknya. "Ayo Mas berangkat!"

"Iya, iya. Ayo masuk."

Mobil mereka pun melesat membelah jalanan kota Istanbul. Untung saja Syamuel memilih tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari kampus Aisyah. Tapi jika sudah telat seperti ini, Aisyah tetap panik. Dan ini adalah  untuk yang pertama kalinya gadis itu telat.

Aisyah berkali-kali berdecak seraya mengecek ponselnya, "Mas lebih cepat bawa mobilnya, nanti aku telat." Gadis itu prustasi sendiri.

"Sabar, Sayang. Jangan panik oke."

"Gak bisa, Mas. Ini semua gara-gara Mas gak bangunin Aisyah, gara-gara Mas minta dimanja Aisyah jadi ketiduran, gara-gara Mas pokoknya!" Rajuk Aisyah seraya memajukan bibirnya dan tangan yang di lipat di depan dada.

Mendengar dirinya di salahkan atas keterlambatan ini Syamuel tidak marah, malah pria itu terkekeh gemas melihat tingkah yang mulai tidak malu-malu kucing lagi alis sifat bawelnya mulai keluar. "Iya deh, semua salah aku. Nanti kalau dimarahin profesor bilang saja, aku yang salah."

"Ih mana bisa gitu, emang profesor kenal sama Mas?"

Tawa renyah Syamuel pecah. Sungguh rasanya ia ingin memutar balik mobilnya ke rumah kembali, lalu mengunci Aisyah di kamar agar tidak kemana-mana. Ia gemas sekali.

Namun sayangnya mobil yang dikendarai Syamuel sudah sampai di gerbang University Istanbul, itulah tempat di mana Aisyah menimba ilmu. Di sana gadis itu mengambil fakultas bahasa dan sastra Turki.

"Aku pamit ya." Ucap Aisyah seraya mencium tangan sang suami.

"Belajar yang benar, supaya nanti anak-anak kita pintar kaya ibunya." Sebuah kecupan diberikan oleh Syamuel, "nanti aku jemput tepat waktu."

Nona Hujan & Tuan KopiWhere stories live. Discover now